Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang Esa! Amin. (1 Timotius 1:17)
Kita sering mendengar ungkapan: “Kok, kayaknya Allah di Perjanjian Lama berbeda ya… dengan Allah di Perjanjian Baru?” Ungkapan seperti ini seringkali kita dengar; baik dari orang yang baru pertama kali membaca (mempelajari) Alkitab, maupun dari orang yang sudah lama membaca Alkitab.
Banyak dari mereka yang baru membaca atau kurang memahami Alkitab, lalu mengambil kesimpulan bahwa Allah Perjanjian Lama (PL) dan Allah Perjanjian Baru (PB) sungguh berbeda. Dalam Perjanjian Lama di persepsikan sebagai Pribadi yang mudah sekali murka (Yesaya 23:16), penghukum (Yehezkiel 18:30) dan penuntut balas (1 Samuel 15:2). Dia juga Allah yang mengatakan agar kita mengasihi sesama manusia dan membenci musuh kita; mata ganti mata, gigi ganti gigi! (Keluaran 21:24), sedangkan Allah dalam Perjanjian Baru di lukiskan sebagai Allah yang penuh kasih (Yohanes 3:16) dan pengampun (Yohanes 8:11).
Penganut paham hyper grace yang mengagung-agungkan kasih karunia membentuk persepsi yang salah antara Allah Perjanjian Lama dengan Allah Perjanjian Baru. Jika kita hanya membaca Alkitab beberapa ayat saja dan tidak keseluruhan, maka kita akan berkesimpulan bahwa Allah dalam Perjanjian Lama berbeda dengan Allah dalam Perjanjian Baru. Oleh sebab itu, jika kita membaca Alkitab, jangan hanya sebagian-sebagian saja, tetapi harus seluruhnya, supaya kita mengerti siapa Allah kita sebenarnya. Janganlah kita terpengaruh oleh pandangan yang menyesatkan!!!
Pemahaman seperti ini bisa lahir dari mereka yang tidak secara lengkap dalam mempelajari Alkitab, hanya sekedar mengutip beberapa ayat, lalu membuat opini yang selanjutnya menjadi sebuah pemahaman dan pandangan yang menyesatkan pengikutnya. Dengan mengatakan bahwa Allah Perjanjian Lama dan Allah Perjanjian Baru adalah dua Allah yang berbeda, mereka telah memutarbalikkan Firman Allah!!
Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Allah itu adalah Raja segala Zaman, Allah yang kekal, Allah yang Esa (1 Timotius 1:17), dan lagi Tuhan Yesus sendiri menyatakan dalam Wahyu 1:8, “Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Maha kuasa.”
Kalau kita mempelajari dengan teliti dan benar, maka kita akan menemukan bahwa Allah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah Allah yang sama; baik pribadi, karakter, kuasa serta seluruh keberadaan-Nya:
1. Allah dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sama-sama Penuh Kasih dan Pengampunan
Dalam Perjanjian Lama Allah di katakan sebagai ”penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya” seperti dengan sangat jelas tertulis dalam ayat-ayat berikut:
• Keluaran 34:6
“Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: “TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya.”
• Ulangan 4:31
“Sebab TUHAN, Allahmu, adalah Allah Penyayang, Ia tidak akan meninggalkan atau memusnahkan engkau dan Ia tidak akan melupakan perjanjian yang di ikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu.”
• Nehemia 9:17
“Mereka menolak untuk patuh dan tidak mengingat perbuatan-perbuatan yang ajaib yang telah Kau buat diantara mereka. Mereka bersitegang leher malah berkeras kepala untuk kembali keperbudakan di Mesir. Tetapi Engkaulah Allah yang sudi mengampuni, yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya. Engkau tidak meninggalkan mereka.”
Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang di catat dalam Perjanjian Lama, contohnya antara lain: Mazmur 86:5, 15; 108:4; 145:8;Yoel 2:13.
Dalam Perjanjian Baru terdapat begitu banyak ayat yang menyatakan kasih Allah yang begitu besar, yang mungkin dapat terangkum dalam Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
2. Allah Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sama-sama menghukum orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat
Dalam Perjanjian Lama, kita menemukan bahwa Allah memperlakukan Israel dengan cara yang sama seperti seorang ayah yang pengasih terhadap anak-anaknya (Amsal 3:12; Ulangan 32:6). Saat mereka dengan sengaja berdosa kepada-Nya dan menyembah berhala, Allah akan menghukum mereka. Namun setiap kali mereka bertobat dari penyembahan berhala, Allah menolong dan membebaskan mereka. Sebaliknya murka Allah dicurahkan atas orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat.
Allah yang sama juga bersikap demikian terhadap orang-orang Kristen dalam Perjanjian Baru. Ibrani 12:6 berkata, ”Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang di akui-Nya sebagai anak.” Yesus berbicara banyak mengenai neraka sebagai tempat bagi orang-orang yang tidak mau bertobat.
Berdasarkan penjelasan di atas jelaslah bahwa pandangan yang menyatakan bahwa Allah Perjanjian Lama berbeda dengan Allah Perjanjian Baru; sungguh tidak sesuai dengan Alkitab. Ini pengajaran yang menyesatkan! Ini bukan pengajaran yang baru muncul beberapa tahun belakangan ini, melainkan salah satu bidat (pengajaran sesat) dalam gereja yang diajarkan oleh Marcion pada abad ke-4 Masehi.
“Allah dalam Perjanjian Lama sama dengan Allah dalam Perjanjian Baru. Allah adalah Allah yang Kekal (Everlasting God), DIA tidak berubah. DIA tetap sama baik dulu, sekarang dan bahkan sampai selama-lamanya karena DIA sempurna adanya.”
Persepsi bahwa - “Allah dalam Perjanjian Baru” hanya mempunyai kasih karunia – tidak sama dengan “Allah dalam Perjanjian Lama” – adalah kekeliruan yang besar. Hal itu meniadakan aspek didikan dan hajaran Allah sebagai seorang Bapa terhadap anak-anak yang di kasihi-Nya. Kesalahpahaman itu akan menggiring perjalanan rohani orang percaya kepada hidup yang liar dan akhirnya kehilangan keselamatan! (AR)
Quote:
Allah dalam kasih-Nya menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya.
Manusia dalam pemberontakannya berusaha ‘menciptakan’ Allah menurut gambar dan rupa mereka ini adalah intisari dari penyembahan berhala.
Quote:
Pada jaman dahulu manusia menyembah berhala dari logam.
Jaman sekarang manusia menyembah berhala dalam pikiran.