Dampak Positif yang Berefek Panjang
Posted by Admin 2025-09-05

Sharing Supplemen COOL #1 & #2 September 2025
Dampak Positif yang Berefek Panjang
Yohanes 15:1-17
Seorang pengkhotbah pernah berkata, “Dunia tidak membaca Alkitab, tetapi akan membaca kebenaran firman itu melalui hidupmu. Dunia tidak mengenal Kristus, tetapi melihat apakah Kristus ada dalam hidupmu.” Tantangan besar dalam hidup seorang pengikut Kristus hari-hari ini adalah apakah hidup yang kita jalani ini berdampak positif untuk orang lain? Beberapa dari kita mungkin akan berkata bahwa ‘berdampak’ adalah kata yang besar dan sukar untuk dicapai, tetapi pahamilah secara bahwa ‘berdampak’ juga artinya memberi pengaruh, setidaknya impresi positif, kepada orang lain. Sayangnya harus kita akui tidak banyak orang Kristen yang meninggalkan impresi positif kepada orang lain. Bukan artinya yang ditinggalkan adalah impresi negatif, tetapi begitu banyak orang Kristen yang meninggalkan impresi ‘biasa-biasa’ saja.
Sebagai pengikut Kristus, tentu kita ingin agar hidup kita tidaklah ‘biasa-biasa’ saja. Allah menyelamatkan kita bukan untuk menjadikan kita pribadi yang ‘nanggung’ tetapi terus bertumbuh semakin serupa Kristus dan berdampak positif dan berefek jangka panjang untuk orang lain. Sama seperti Yesus telah menjalankan kehidupan yang positif dan berdampak panjang, demikian juga hendaknya yang menjadi kerinduan kita. Berdampak positif bagi orang lain merupakan bentuk kita memuliakan Allah Bapa (ayat 8).
Tuhan Yesus, sebagaimana dicatat oleh Rasul Yohanes, menjelaskan dalam teks yang kita baca hari ini, apa saja syarat agar kehidupan kita dapat berdampak positif dan berefek jangka panjang untuk orang lain:
1. Melekat kepada Kristus (ayat 1-8).
Panggilan Allah adalah agar hidup kita berdampak, alias berbuah; bukan sekedar melakukan perbuatan-perbuatan baik, tetapi melakukannya sesuai dengan kebenaran firman dan kehendak-Nya (ayat 3). Merupakan hal yang mustahil bagi kita pengikut Kristus untuk berdampak positif kepada orang lain, yang akan mengakibatkan mereka memuliakan Allah, kalau yang kita lakukan tidaklah sejalan dengan yang Allah inginkan bahkan diluar kehendak-Nya (ayat 4-5). Semua kebaikan dan “buah hidup” yang kita hasilkan akan diuji apakah sesuai dengan yang Allah inginkan atau tidak. Jika tidak sesuai, maka tidak ada gunanya (ayat 6).
Agar hidup kita ini sesuai dengan yang Allah kehendaki, maka kita pun harus rela diajar dan dibentuk oleh-Nya. Dalam ayat 2-3 kita juga belajar bahwa pembentukan hidup kita bisa saja melalui cara yang yang sepertinya menyakitkan. Segala “pembersihan” yang Dia lakukan atau izinkan terjadi, adalah agar kita menjadi orang-orang yang berkepribadian seperti Kristus, supaya dengan demikian Kristus-lah yang terpancar melalui diri kita di hadapan banyak orang.
Tuhan juga Allah yang adil. Dari ayat 7 kita memahami bahwa selama kita tinggal melekat dengan Allah, berbuah/berdampak dan memiliki sikap mau diajar oleh-Nya, maka segala sesuatu yang kita butuhkan untuk menjalankan hidup sebagai anak-Nya dan segala yang kita butuhkan untuk berdampak positif sehingga banyak orang memuliakan nama-Nya, maka semua kebutuhan itu akan Allah penuhi. Amin!
2. Mempraktekkan kasih yang tulus diantara sesama orang percaya (ayat 9-17).
Kasih merupakan salah satu karakteristik dari Kristus dan karenanya menjadi karakter dan gaya hidup yang juga harus kita tumbuhkan, pelihara dan tingkatkan diantara sesama pengikut Kristus. Bukan hanya melekat kepada Kristus agar menghasilkan buah berdampak, tetapi juga tinggal dalam kasih-Nya agar kasih itu menjadi nyata dalam hidup kita (ayat 9). Sangat menarik, dari penjelasan Tuhan Yesus, ternyata terdapat suatu hubungan yang erat antara kasih dan menuruti firman-Nya (ayat 10-11). Semakin kita mengasihi Tuhan, maka secara natural kita semakin juga menuruti perintah-perintah-Nya. Dan semakin kita hidup menjalankan perintah-perintah-Nya, semakin juga kita mengasihi Tuhan. Tidak heran penulis Mazmur berkata dalam Mazmur 119:127 dan 159 (TB2),
“Itulah sebabnya aku mencintai perintah-perintah-Mu lebih daripada emas bahkan emas murni. Lihatlah, betapa aku mencintai titah-titah-Mu! Sesuai dengan kasih setia-Mu, ya TUHAN, buatlah aku hidup.” Penulis Mazmur 119 pun melihat adanya suatu hubungan yang erat antara kasih dan ketaatan kepada firman. Yesus berfirman, memberi perintah kepada murid-murid-Nya untuk saling mengasihi (ayat 12 dan 17) sebagai sesama murid dan orang yang percaya kepada-Nya. Kalau kita mengklaim mengasihi Tuhan, maka tentu perintah Tuhan Yesus ini pun akan kita laksanakan. Tuhan Yesus pun tidak sekedar memberi instruksi, tetapi Dia telah membuktikan kasih-Nya yang terbesar dengan memberikan nyawa-Nya untuk menyelamatkan kita dari perhambaan dosa, dan mengubah status kita menjadi sahabat-Nya (ayat 13-15).
Penutup
Tuhan telah menyelamatkan kita dan menetapkan kita untuk menghasilkan kehidupan yang berdampak positif dan berefek jangkah panjang; alias berbuah (ayat 16). Saat kita melakukan apa yang Yesus perintahkan ini, jaminan penyertaan dan penyediaan ilahi, akan selalu tersedia untuk kita. Mari bersama-sama kita hasilkan buah (berdampak) bagi banyak orang. Amin. (CS)
Pertanyaan diskusi:
Pernahkah ketika saudara sepertinya “menjaga jarak/menjauh” dari Tuhan atau tidak mau mengasihi sesama saudara seiman, ternyata berefek langsung kepada kondisi sukacita, mood, interaksi sosial ataupun aktifitas sehari-hari saudara?