PERSEMBAHAN ADALAH PENYEMBAHAN

Posted by Admin 2025-06-02

blog-post-image

PERSEMBAHAN ADALAH PENYEMBAHAN

Memberikan persembahan mungkin salah satu bagian yang termudah dalam ibadah kita. tinggal ambil uang dikantong, masukan dalam amplop dan berikan ke dalam kantong atau kotak persembahan. Hal ini membuat persembahan menjadi kehilangan maknanya. Tidak sedikit orang percaya yang memahami persembahan hanya sekedar memberi uang kepada gereja, bahkan yang lebih parah lagi adalah memberikan persembahan tergantung bagus atau tidaknya khotbah pendeta hari itu. Jika pengkhotbahnya menghibur, lucu, bagus pembawaannya maka persembahan yang diberikan besar. Namun jika pengkhotbahnya kaku, membuat ngantuk saat mendengarkan, maka persembahannya kecil.

Tidak heran jika kemudian membuat umat memberikan persembahan sekedarnya saja, padahal seharusnya bisa memberikan lebih. Hari ini kita merenungkan tentang makna persembahan sebagai penyembahan. Mungkin ini menjadi hal yang baru bagi sebagaian Anda, mari simak dan renungkan bersama.

Persembahan dan penyembahan adalah dua hal yang terkait. Kita memberikan persembahan yang terbaik sebagai salah satu bentuk penyembahan kita, dan penyembahan yang terbaik adalah persembahan kita kepada Tuhan, yang kita berikan karena pribadi-Nya, karena siapa Dia adanya.

Dalam zaman Perjanjian Lama, penyembahan dinyatakan atau diwujudkan dengan memberikan persembahan. Habel berdoa dan menyembah Tuhan dengan memberikan korban persembahan kepada Tuhan (Kejadian 4:4). Nuh ketika air bah menjadi surut, keluar dari bahtera dan mendirikan mezbah bagi Tuhan. Ia berdoa, ia menyembah Tuhan dengan mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu (Kejadian 8:20-21). Bangsa Israel diingatkan oleh Musa untuk memberikan korban persembahan ketika mereka sudah menyeberangi Sungai Yordan dan diam di negeri yang diberikan Tuhan kepada mereka (Ulangan 12:10-11). Dan masih banyak lagi ayat-ayat seperti ini dalam Perjanjian Lama.

 Dengan memahami makna persembahan sebagai penyembahan, maka respon kita yang benar dalam memberikan persembahan adalah memberi dengan hati yang rela dan sukacita. Sebab kita tahu bahwa persembahan yang kita bawa adalah untuk Tuhan. Rasul Paulus menyatakan kepada jemaat Korintus, "hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita." (2 Korintus 9:7).

Selain itu, respon yang kedua adalah memberi sesuai kemampuan. 1 Korintus 16:2, "Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing — sesuai dengan apa yang kamu peroleh — menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang."

Kalimat "sesuai dengan apa yang kamu peroleh" dalam kalimat bahasa gerikanya dapat dimaknai sebagai: sesuai dengan berkat, sesuai dengan penghasilan, sebagaimana Tuhan menyejahterahkan kamu dan sebagaimana Tuhan memakmurkan kamu. Artinya, semakin Tuhan memberikan kepada kita penghasilan dan berkat yang semakin dilimpahkan, maka pemberian kita juga harusnya meningkat. Tidak sedikit orang percaya yang ketika perolehan berkat secara materinya semakin meningkat, meningkat juga gaya hidupnya. Sehingga pengeluaran semakin besar dan jumlah persembahan yang diberikan tidak dapat ditingkatkan. Padahal rasul Paulus mengingatkan bahwa persembahan kita seharusnya semakin meningkat seiring dengan berkat yang Tuhan limpahkan kepada kita. Karena kita menyadari bahwa berkat yang kita terima bukan hanya untuk kita nikmati sendiri, tetapi juga untuk memuliakan Tuhan dan untuk kita tabur dalam rangka menyelesaikan Amanat Agung. Bahkan dalam situasi yang sulit sekalipun, seperti kesakitan atau kehilangan pekerjaan, orang percaya tetap diajak untuk memberi sesuai kemampuan sebagai wujud iman dan kepercayaan kepada Tuhan. (DL).