Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
https://hmministry.id/userfiles/vopArticle/
YesusTeladanIntegritasdalamPerbuatan.pdf
Ruang Remaja
“Karena setiap orang yang mempunyai kepadanya akan diberi,
sehingga ia berkelimpahan.
Tetapi siapa yang tidak mempunyai,
apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”
Matius 25:29
Peraih sebuah medali emas tidak selalu harus mereka yang terlahir secara sempurna. Stephanie Handojo wanita kelahiran 5 November 1991 merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang terlahir dengan kondisi down syndrome. Down syndrome merupakan gangguan genetika. Dan anak yang terlahir dengan kondisi down syndrome biasanya mempunyai perbedaan dalam kemampuan belajar. Kelainan yang berdampak keterbelakangan perkembangan fisik dan mental.
Terlahir sebagai penyandang down syndrome tentu membuat Stephanie Handojo yang biasa dipanggil Fani, menjalani kehidupannya yang berbeda dari orang biasanya. Tapi itu tidak menyurutkan semangatnya.
Sejak usia delapan tahun, Fani pun rutin mengikuti latihan renang. Suatu saat, ketika sedang mengikuti suatu lomba, Fani pernah tenggelam. Sejak itu, selama hampir tiga tahun ia trauma dan tidak mau mendekat ke kolam renang lagi. Dengan dukungan yang terus diberikan oleh sang ibu, Fani kembali bangkit.
Stephanie pun mulai mengikuti lomba sejak usia 12 tahun. Dimulai dari lomba daerah, provinsi, Pekan Olahraga Cacat Nasional (Porcanas), hingga Pekan Olahraga Nasional (Pornas) pada 2010 lalu ketika Fani sudah berusia 19 tahun. Pada lomba tersebut Fani mendapatkan peringkat 1 untuk kategori renang gaya dada 50 meter. Juara utama itu membawa Fani ke Special Olympics World Summer Games 2011 di Athena. Tanpa diduga, dalam perlombaan bergengsi tersebut ternyata Fani meraih medali emas.
Dari cerita singkat diatas, kita perlu menyadari bahwa di dalam diri setiap kita Tuhan sudah siapkan sebuah kelebihan atau talenta yang bisa kita gunakan. Talenta disebut juga kemampuan, keahlian atau kelebihan yang dimiliki seseorang. Talenta yang dipergunakan dengan sebaik baiknya akan menghasilkan sukacita dan kebahagiaan; bukan hanya untuk diri sendiri melainkan orang-orang yang ada disekitar kita.
Seorang anak yang mengidap down syndrome sudah membuktikan bahwa kekurangan fisik tidak berarti menjadi penghambat talenta yang Tuhan berikan. Semua itu tergantung dari dalam diri kita masing-masing; apakah talenta yang sudah Tuhan berikan mau kita pakai dan kembangkan untuk menjadi berkat bagi orang-orang disekitar, hanya dipendam untuk diri kita sendiri, atau bahkan disia-siakan.
Salah satu tujuan Tuhan menciptakan manusia adalah memberikan manusia kesempatan untuk berkarya di bumi melalui talenta yang sudah dianugerahkan-Nya di dalam diri kita masing-masing. Semakin kita asah maka kapasitas dari talenta yang kita miliki itu akan menjadi semakin berkembang dan sempurna. Tetapi jika kita tidak mau mengembangkannya, tidak mau bekerja, diam saja, bersikap pasif, itu sama artinya kita tidak menghargai Tuhan sebagai pemberi talenta.
Setiap kita dipanggil menjadi kawan sekerja Allah yang perwujudannya harus dimulai dari diri sendiri, salah satunya adalah dengan mengembangkan potensi diri yang sudah Tuhan anugerahkan. Supaya talenta yang kita punyai itu bisa menjadi sarana kemuliaan Tuhan, artinya melalui kita nama Tuhan dipermuliakan. Amin. (MA)
Ruang Kesehatan
Patah tulang dapat dicegah dengan melakukan latihan beban. Program latihan beban yang baik harus dilakukan hati-hati, progresif, bersifat individual, beban disesuaikan, berkelanjutan, menghindari bagian tubuh yang lemah, didampingi instruktur, dan dengan petunjuk dokter. Latihan beban dapat dilakukan dengan dumbbell, berat badan sendiri, legpress machine, dan pita elastis.
Osteoporosis berasal dari kata osteo yang artinya tulang, sedangkan porous berarti batang. Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai berkurangnya massa tulang, sehingga menyebabkan kondisi tulang menjadi rapuh, keropos, dan mudah patah (James Johnson, 2005: 1). Pada usia lanjut lebih banyak terjadi kerusakan daripada perbaikannya, sehingga mengakibatkan berkurangnya jaringan tulang secara bertahap.
WHO (World Health Organisation) memperkirakan pada tahun 2050 lebih dari 50% cedera panggul terjadi di Asia . Selama 10 tahun terakhir, di Singapura setiap hari terdapat empat wanita usia 50-an tahun mengalami patah tulang panggul. Di Hongkong, setiap tahun 247 per 100.000 penduduk menderita cedera panggul akibat osteoporosis.
Keropos tulang merupakan semacam silent disease, penyakit diam-diam yang selama bertahun-tahun tidak terlalu dirasakan oleh penderitanya. Pada pria berkurangnya mineral di tulang tidak akan menyebabkan masalah sampai usia 80 tahun, tetapi wanita lebih cepat, yaitu pada usia 70 tahun dapat kehilangan sampai 30%. Pengurangan mineral cukup banyak terjadi setelah menopause. Penderita osteoporosis dapat mengalami patah tulang, meskipun dari tekanan yang kecil, sehingga perlu perhatian sejak dini supaya tidak menjadi masalah kesehatan yang serius.
Latihan beban yang dilakukan secara teratur dan benar gerakannya bermanfaat bagi penderita osteoporosis. Seorang lanjut usia, sebelum melakukan latihan, baik sekali apabila memeriksakan diri terlebih dahulu ke dokter. Dari hasil pemeriksaan ini barulah ditentukan bentuk program latihan sesuai dengan kemampuannya. Penderita osteoporosis sebaiknya berlatih didampingi instruktur, dengan beban disesuaikan, dan tidak perlu berlebihan. Latihan yang sangat keras pada wanita muda dapat menyebabkan menstruasi terganggu dan berkurangnya jaringan tulang.
Program latihan yang baik harus dilaksanakan hati-hati dan progresif. Pada permulaan latihan diutamakan kelenturan sendi dan secara bertahap ditingkatkan dengan pemberian latihan kekuatan pada tubuh. Peningkatan latihan bergantung pada respons masing-masing, tidak boleh tergesa-gesa. Latihan beban juga bersifat individual karena setiap orang kekuatannya berbeda walaupun usia dan berat badannya sama. Untuk meningkatkan massa tulang, latihan harus berkelanjutan dan diintensifkan terus-menerus. Program latihan yang dijalankan harus menghindari bagian tubuh yang lemah. Penderita osteoporosis pada daerah tulang punggung, misalnya harus menghindari latihan dengan gerakan membungkuk ke depan.
Latihan dengan menggunakan beban berat badan sendiri untuk penderita osteoporosis bervariasi gerakannya. Posisi awal latihan back extension untuk otot punggung, yaitu penderita berbaring menelungkup. Tahap selanjutnya, kepala dan dada diangkat selama beberapa detik dengan bantuan matras sebagai penopang. Latihan dilakukan 5 sampai 10 kali dan frekuensinya tiga kali seminggu. Peningkatan latihan dapat dilakukan setelah penderita merasa terbiasa/ringan dalam mengangkat bebannya.
Latihan menggunakan berat badan sebagai beban dapat dipakai latihan penguatan otot perut. Pertama, latihan dilakukan perlahan, 5-10 kali per satu sesi, tiga kah seminggu dan sekali sehari. Latihan dilakukan dengan berbanng telentang dengan meletakkan tangan pada ruang di antara tulang punggung dan matras, selanjutnya mengangkat kaki bersamaan kira-kira 20 sampai 40 derajat selama beberapa detik kemudian turun lagi ke posisi semula.
Penderita osteoporosis pada bagian paha, dapat melakukan latihan beban dengan legpress machine. Pertama, posisi duduk dengan pengaturan punggung bersandar ditempat duduk dan lutut menekuk kurang lebih 90 derajat. Tahap selanjutnya, yaitu meletakkan telapak kaki datar pada bantalan, kemudian perlahan-lahan mendorong, sehingga lutut hampir lurus (tidak mengunci). Selama tahap mendorong, napas dikeluarkan dan napas ditarik saat kaki di bantalan kembali ke posisi semula. Latihan dilakukan dengan repetisi 1-8 ulangan, beban sedang, dan frekuensi 3-4 kali/minggu.
Jenis latihan beban yang lain, yaitu menggunakan pita elastis yang berfungsi sebagai penarik dari beban yang diam. Pita elastis lebar dapat tahan lama memberikan daya hambat yang memadai untuk menguatkan otot punggung. Latihan dilakukan dengan meletakkan pita elastis sepanjang 2 kaki pada palang yang berjarak 2 kaki di atas kepala, kemudian saat menarik ujung pita ke bawah otot latissimus dorsi dan shoulder adductor akan menguat. Pita elastis juga dapat digunakan dengan memegang kedua ujungnya dan kedua kaki menginjak bagian tengah pita. Selanjutnya, lengan menarik pita ke atas melewati kepala, sehingga otot ekstensor punggung akan menguat.
“Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu”
Yesaya 46:4
”Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang. Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya. Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya.”
1 Timotius 4:8-10
Sesungguhnya dalam area rohani kita juga mengalami pelemahan-pelemahan yang prosesnya bersifat silent disease. Alkitab memperingatkan bahwa latihan bagi tubuh memang ada manfaatnya, namun kita jangan melupakan 'latihan-latihan' rohani, melatih otot-otot rohani kita secara konsisten dan progresif, sehingga kita bisa menjadi orang Kristen yang kuat. Belajar dari cara kita mengatasi osteoporosis tersebut diatas, mari kita mengatasi osteoporosis rohani kita dengan konsistensi yang sama. Haleluya. (HW)
Ruang Kesaksian
“Terpujilah Tuhan, sebab kasih setia-Nya ditunjukkan-Nya kepadaku dengan ajaib pada waktu kesesakan!”
Mazmur 32:21
Nama saya Mimin, berasal dari Banyuwangi Jawa Timur, usia saya 65 tahun. Pada bulan Januari 2019 yang lalu anak dan cucu saya datang berkunjung. Saya dan suami senang sekali melihat mereka datang dan menginap di rumah. Namun karena terbatasnya kamar tidur kami maka ada yang tidur di kamar dan ada yang di loteng.
Setelah liburan usai mereka pulang ke rumah masing-masing, tinggallah saya seorang diri membereskan barang-barang yang dipakai untuk menginap. Saya naik ke atas loteng, di sana ada kasur, bantal, ada guling juga ada toples makanan dan kipas angin. Saya mulai menurunkan barang-barang itu satu persatu, kalau bantal dan guling bisa saya lempar ke bawah. Tetapi kipas dan toples tidak mungkin saya lempar tetapi harus saya bawa ke bawah menuruni tangga.
Pada saat saya membawa kipas angin dan toples menuruni anak tangga, tiba-tiba saja pijakan anak tangga yang saya injak lepas. Otomatis badan saya terjun bebas ke bawah dari ketinggian 3 meter. Saya jatuh dengan posisi duduk, sakitnya setengah mati. Saya hanya bisa menangis menahan sakit, suami saya segera memanggil tukang urut untuk mengobati dan beliau mengatakan bahwa ada masalah pada tulang belakang saya. Sejak hari itu saya tidak bisa jalan.
Rasa sedih bercampur dengan ketakutan memenuhi pikiran saya, bagaimana jika selamanya saya tidak bisa jalan lagi? Karena sejak jatuh saya tidak bisa ke mana-mana hanya tiduran saja, untuk ke kamar mandi pun saya perlu bantuan dari orang lain. Saya hanya bisa menangis, kalau mengingat dulu saya bisa jalan.
Bosan dengan keadaan dan didorong dengan keinginan bisa jalan lagi, maka pelan-pelan saya mulai belajar duduk meskipun rasanya sakit dan setelah beberapa lama saya mulai bisa jalan sedikit-sedikit dengan cara berpegangan pada lemari atau merambat pada tembok. Sakit yang saya rasakan sangat membuat saya menderita. Mau duduk, bangun, tiduran sakitnya minta ampun.
Setelah saya bisa jalan sedikit-sedikit baru saya pergi berobat ke dokter. Hasil pemeriksaan menunjukkan kalau saya mengalami syaraf terjepit. Dokter menganjurkan saya untuk menjalani operasi. Mendengar hal ini saya hanya bisa menangis, karena saya takut dioperasi dan juga saya tidak memiliki cukup uang sebesar 20 juta rupiah untuk biaya operasinya.
Akhirnya saya menjalani terapi seminggu sekali, minum obat dan memakai korset untuk tulang belakang saya. Setelah saya memakai korset saya merasa lebih enak, meskipun rasa sakit itu masih ada. Oleh karena itu saya tidak berani melepas korset karena sakit. Saya hanya dapat berdoa untuk dapat sembuh seperti semula, saya benar-benar ingin sekali sembuh.
Selama beberapa bulan saya menjalani hidup dengan memakai korset, doa dan harapan saya tidak hilang karena dari gereja diberikan kabar bahwa di Banyuwangi akan diadakan KKR Kesembuhan Ilahi yang dilayani oleh Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo. Saya bersama suami ingin datang dan ingin mendapatkan sesuatu di sana, terlebih sudah beberapa tahun ini suami saya mengalami sakit jantung. Kami berharap, kami berdua akan mengalami mujizat kesembuhan.
Tanggal 26 Juni 2019 saya dan suami datang ke lapangan Alam Indah Lestari. Saya mengikuti setiap puji-pujian dan menikmati hadirat Tuhan. Saya memuji Tuhan bertepuk tangan dan menari buat Tuhan. Banyak pendoa yang menghampiri saya dan mendoakan, saya amin kan saya sembuh.
Biasanya saya tidak bisa menggerakan pinggang ke kiri dan ke kanan, tetapi saat pendoa itu meminta saya melakukan hal itu… dengan mudahnya saya dapat melakukannya. Loh ini ajaib, saya coba gerakan berulang kali dan tidak sakit sama sekali. Dengan penuh keberanian saat diminta untuk melepaskan korset, saya lepaskan dan pinggang saya tidak sakit lagi. Dengan leluasa saya dapat duduk bangun, berdiri tidak sakit lagi. Malam itu saya sangat senang sekali, karena Tuhan Yesus sudah menyembuhkan saya. Saya pulang ke rumah dengan sukacita, karena saya tahu doa, pengharapan yang saya gantungkan kepada Tuhan Yesus tidak akan pernah sia-sia. Saya sudah menerima kebaikan Tuhan dengan ajaib.
Sampai hari ini ketika kesaksian ini dibuat dan ditulis, saya sudah sembuh sempurna. Saya menikmati hari-hari yang saya jalani tanpa ada rasa sakit lagi. Saya bersyukur buat kesempatan yang Tuhan berikan. Terima kasih Tuhan Yesus, saya sangat bersukacita.
We use cookies to enhance your experience. By continuing to visit this site, you agree to our use of cookies.