Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
PENUH ROH KUDUS DAN MENJADI SUKSES DI MARKETPLACE
Ruang Remaja
"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga."
Matius 5:10 (TB)
Kisah Nyata: Paivi Räsänen — Membela Iman di Tengah Masyarakat Sekuler
Paivi Räsänen adalah seorang dokter, ibu, sekaligus politisi asal Finlandia yang juga sangat aktif dalam gerejanya. Meskipun bukan remaja, kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak anak muda di Finlandia yang hidup di tengah masyarakat yang sangat sekuler dan bebas.
Pada tahun 2019, Paivi mengunggah sebuah twit berisi pandangan alkitabiah tentang pernikahan dan seksualitas, serta mempertanyakan mengapa gereja Finlandia mendukung acara yang bertentangan dengan ajaran Alkitab. Tak lama kemudian, ia dilaporkan ke pihak kepolisian atas tuduhan “ujaran kebencian.”
Selama proses hukum yang panjang, Paivi tidak gentar. Ia berkata, “Saya tidak akan menarik kata-kata saya. Saya berdiri di atas Firman Tuhan.” Walau mendapat tekanan besar dari media dan masyarakat, ia tetap ramah, tidak menyerang balik, dan menunjukkan kasih — tetapi juga teguh dalam kebenaran.
Perjuangannya membuat banyak remaja Kristen di Finlandia mulai berani menyatakan iman mereka secara terbuka — sesuatu yang selama ini dianggap tabu di ruang publik.
Relevansi dengan Alkitab: Dianiaya karena Kebenaran
Yesus berkata bahwa orang yang dianiaya karena kebenaran adalah orang yang berbahagia. Paivi menunjukkan bahwa berdiri untuk kebenaran Alkitab tidak selalu mudah, bahkan di negara demokrasi yang modern. Tapi keberaniannya menghidupkan kembali semangat anak-anak muda Kristen di Finlandia untuk tidak malu akan iman mereka.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Di mana pun kita berada — apakah di Eropa yang sangat bebas, atau di lingkungan sekolah yang tidak peduli pada iman — akan selalu ada tantangan untuk berdiri dalam kebenaran. Kisah Paivi Räsänen menunjukkan bahwa berani menyuarakan iman dengan kasih dan hormat adalah bentuk nyata dari kedewasaan rohani. Jangan takut berbeda, karena kebenaran Tuhan tidak berubah, sekalipun dunia berubah. (MA)
"Stand firm in the truth,
even if your voice trembles."
Anonymous
Dunia Kita
Saat kita mendengar kata “gunung berapi,” biasanya yang terbayang adalah lava panas, asap tebal, dan ledakan dahsyat. Tapi tahukah kamu bahwa beberapa letusan gunung berapi juga menghasilkan petir vulkanik? Ya! Awan debu vulkanik ternyata bisa menciptakan petir yang menyambar-nyambar di langit, menciptakan pemandangan menakjubkan sekaligus menakutkan.
Bagaimana Gunung Berapi Bisa Menghasilkan Petir?
Fenomena ini terjadi karena partikel abu, debu, dan gas dari letusan gunung berapi saling bergesekan ketika mereka melesat ke udara dengan kecepatan tinggi. Gesekan antar partikel ini menciptakan muatan listrik statis, seperti ketika kamu menggosok balon di rambut.
Ketika muatan ini terkumpul cukup banyak, mereka akan dilepaskan dalam bentuk petir—mirip dengan petir saat badai hujan. Bedanya, petir vulkanik terjadi tanpa awan hujan. Ia menyambar dari dalam awan abu panas, menghasilkan cahaya kilat di tengah kegelapan letusan.
Letusan Dahsyat yang Menghasilkan Petir
Salah satu letusan yang paling terkenal karena petir vulkaniknya adalah letusan Gunung Sakurajima di Jepang, serta Gunung Eyjafjallajökull di Islandia pada 2010. Dalam kasus letusan Islandia, petir muncul ratusan kali dalam waktu beberapa jam. Petir itu bahkan terlihat dari jarak puluhan kilometer!
Di Indonesia sendiri, Gunung Sinabung dan Gunung Krakatau juga pernah menunjukkan fenomena ini, membuat para ilmuwan dan fotografer takjub.
Apa Maknanya Bagi Kita?
APA KATA ALKITAB?
Dalam Ayub 37:5 tertulis:
“Allah mengguntur dengan suara-Nya yang mengagumkan; Ia melakukan perbuatan-perbuatan besar yang tidak tercapai oleh pengetahuan kita.”
Petir dari letusan gunung seolah menjadi pengingat tentang kebesaran dan kekuatan Tuhan atas ciptaan-Nya. Meskipun sains bisa menjelaskan bagaimana itu terjadi, keajaiban dan ketakjuban atas fenomena alam tetap mengarahkan kita kepada kebesaran Sang Pencipta.
Gunung berapi bukan hanya tempat keluarnya lava dan gas panas, tetapi juga bisa menjadi pabrik petir alami. Fenomena ini tidak hanya memperlihatkan sisi dahsyat dari bumi, tetapi juga memperkaya pemahaman kita tentang alam.
Jadi, lain kali kamu melihat berita tentang gunung meletus, ingatlah: mungkin saja ada kilatan cahaya luar biasa di dalamnya—bukti bahwa bumi kita penuh dengan keajaiban tersembunyi. (MA)
Ruang Kesaksian
"Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata:
”Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku,
imanmu telah menyelamatkan engkau.”
Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu..”
Matius 9:22 TB
Perkenalkan nama saya Ryan Pradana, lahir dari orangtua yang berlatar belakang keyakinan yang berbeda. Puji Tuhan, sejak duduk di bangku SMP ibu saya telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, kini ia aktif melayani di Purwokerto dalam tim misi penginjiilan.
Saya melayani sebagai pengerja sepenuh waktu di bawah pembinaan Pdt. DR. Ir Niko Njotorahardjo, (GBI Mega Bekasi, Rayon 18). Dalam kesempatan ini, saya ingin menyaksikan kebaikan dan pertolongan Tuhan atas keluarga kami.
Saya dan istri (Asih Wahyuni) dikarunai dengan tiga orang anak. Pada bulan Oktober 2019, saya mendapat kabar bahwa Jesslyn anak kedua kami yang sejak tahun 2017 tinggal bersama neneknya di Purwokerto mengalami sakit demam dan tidak kunjung turun. Keadaannya makin hari semakin memburuk, perutnya membesar, tumbuh benjolan di bagian kepala, leher dan ketiak serta bagian tubuh lainnya.
Orang tua kami membawanya ke Puskesmas dan diopname selama semalam. Berhubung hasil pemeriksaan laboratoriumnya drop semua, dokter merujuk Jesslyn ke rumah sakit yang memiliki alat medis dan pengobatan yang lebih memadai. Diagnosa awal mengarah ke Anemia Aplastik yaitu kerusakan tulang sumsum belakang. Dalam perawatan di rumah sakit ini, Jesslyn mendapat beberapa kali transfusi PRC (darah merah) dan TC (trombosit).
Setelah seminggu diopname dan menerima transfusi, keadaannya masih sama. Untuk penanganan medis yang lebih lengkap dokter merujuk ke beberapa rumah sakit di daerah Sleman, Bandung dan Jakarta. Akhirnya kami memutuskan untuk mengambil rujukan di rumah sakit daerah Jakarta.
Pada bulan September 2019, Jesslyn mulai menjalani pemeriksaan BMP (bone marrow puncture) yang dikenal sebagai aspirasi sumsum tulang dan untuk menjaga kondisinya tetap stabil, ia juga diberikan transfusi berupa PRC dan TC. Kami terus berdoa memohon kepada Tuhan agar diagnosa yang keluar bukan Anemia Aplastik maupun penyakit berbahaya lainnya.
Hasil pemeriksaan dokter pada bulan November 2019, membuat kami sekeluarga menjadi down, anak kami telah divonis mengidap penyakit Leukemia Akut. Kami bertanya: “Kenapa bisa terjadi penyakit seperti ini?”, dokter menjawab: "Ada tiga kemungkinan yang memicu penyakit seperti ini, yaitu faktor keturunan, terpapar zat kimia dan dari makanan. Namun tidak ada satu pun keluarga besar kami yang ada riwayat penyakit itu, begitu pula untuk paparan zat kimia dan kemungkinan sangat kecil terjadi karena di kediaman orang tua kami masih sangat alami dan serba organik.
Kami merasa kuatir atas keputusan dokter untuk memberikan kemo kepada anak kami karena efek samping dari kemo bukan hanya dapat membunuh sel blast (kanker) tetapi juga dapat merusak sel baik yang ada. Namun kami tetap harus kuat dan berpikir jauh ke depan, terlebih lagi saat itu kami belum ada asuransi apapun termasuk BPJS, secara manusia kami sangat stress.
Saya segera mengurus BPJS dan bagi tugas dengan istri untuk mengurus kedua anak kami di rumah dan Jesslyn yang masih dalam perawatan di IGD. Pada bulan Desember 2019 menjelang Natal, Jesslyn diperbolehkan untuk pulang dengan mengunakan bantuan BPJS. Kemoterapi yang terus diberikan sebanyak tiga kali dalam seminggu membuat keadaan Jesslyn menjadi tidak dapat berjalan lagi sampai menggunakani kursi roda bahkan rambutnya pun sudah rontok. Melihat hal itu, sebagai orang tua perasaan kami begitu hancur.
Saya bersyukur mempunyai kakak rohani Ps. Yunus, yang selalu mengingatkan dan menguatkan saya bahwa “Tuhan Yesus baik serta rancangan-Nya tidak pernah gagal, saya tidak boleh berfokus kepada masalah pemyakit, tetapi tetap fokus kepada Tuhan, jangan pernah kendor dalam melayani Tuhan, tetap percaya penuh dan berserah”. Saya kembali dikuatkan dan bersemangat bahwa Tuhan pasti akan menyembuhkan anak kami.
Pengobatan kemoterapi yang diberikan untuk anak kami begitu berat, ia harus dibius sebelum masuk obat ke dalam tulang sumsum belakang (intratekal), ia juga diinfus dan minum puluhan macam obat. Puji Tuhan, kondisi Jesslyn akhirnya membaik, hasil laboratorium juga baik, pemeriksaan sel kanker menjadi 32% semakin menurun. Jesslyn sudah mulai dapat berjalan dan kami sangat bersyukur, Tuhan begitu baik melawat anak kami.
Sampai pada tanggal 16 Juni 2021 keadaan Jesslyn tiba-tiba drop kembali. Dokter menyarankan untuk dilakukan BMP kembali. Tanggal 23 Juni 2021 hasil BMP keluar dari pemeriksaan dua RS berbeda dan keduanya menyatakan sel kanker Jesslyn sudah naik menjadi 89% yang sebelumnya 32%. Dari pemeriksaan tersebut, Jesslyn dinyatakan mengidap penyakit Leukemia High Risk (resiko tinggi). Mendengar hal itu, detak jantung kami seperti berhenti, kami begitu terkejut, saya bertanya di dalam hati: “Apa lagi ini Tuhan?”
Sambil memegang tangan istri saya dengan lirih dokter berkata: “Kami tidak bisa memberikan bapak dan ibu harapan seperti di awal diagnosa, yang kemungkinan besar sembuhnya. Saat ini, bapak dan ibu harus lebih banyak berdoa saja." Pernyataan dokter tersebut membuat kami sangat sedih. Sepanjang perjalanan pulang saya memandang Jesslyn yang masih sangat kecil. Usianya saat itu baru 5 tahun namun sudah harus mendapat kemoterapi yang begitu berat bahkan sampai harus mengulang kembali dari awal proses pengobatannya dengan dosis yang lebih tinggi.
Saya mulai meragukan mujizat Tuhan, begitu banyak hal yang berkecamuk dan tidak dapat saya ceritakan lagi kepada keluarga maupun teman gereja. Saya berasumsi untuk tidak mempercayai mujizat tapi lebih fokus pada pengobatan dan medis, cari dokter dan obat yang terbaik. Fokus kami hanya pada pengobatan, hingga pada bulan Juli 2021, Jesslyn dinyatakan positif COVID-19 dan dikarantina selama sebulan.
Saya tetap dalam keangkuhan dengan berfokus pada pengobatan. Tanggal 7 September akhirnya Jesslyn dinyatakan negatif COVID-19, kami mendapat hasil pemeriksaan laboratorium dan jadwal kemoterapi, namun kami begitu kaget ketika dokter menyampaikan bahwa Jesslyn harus masuk IGD lagi karena HB 3 dan trombosit leukosit drop, keadaannya sudah menjadi lemas, mulutnya penuh dengan sariawan. Sore keesokan harinya kondisi Jesslyn semakin menurun sampai dipasang kateter dan tabung oksigen, saturasi terus menurun, napasnya pun menjadi sesak. Kami mulai panik saat Jesslyn mengalami kejang tanpa henti serta keluar cairan darah dari mulut dan hidungnya sampai akhirnya ia koma.
Di titik itulah terdengar suara yang begitu tegas dan keras: “Menyerahlah, serahkanlah”, akhirnya kami menghubungi bapak gembala Ps. Andy Markus, kami minta dukungan doa dan arahan. Gembala kami berkata: “Iman kedua orang tualah yang akan menyelamatkan Jesslyn, serahkan Jesslyn kepada Tuhan sepenuhnya, apapun kehendak Tuhan, serahkanlah.”
Mendengar itu saya menangis, menyerah dan tersungkur kepada Tuhan, saya menyadari seharusnya tidak menjauh dari Tuhan apapun yang terjadi harusnya tetap percaya. Dukungan doa terus kami minta kepada keluarga besar, penjaga menara doa di Rayon18, teman gereja dan jemaat. Saat Jesslyn dalam keadaan koma, kami terus berdoa dan membangun hubungan intim dengan Tuhan, terlebih lagi saat dokter mengatakan bahwa tubuh Jesslyn sudah tidak dapat merespon semua obat yang masuk. Setiap hari melalui doa pagi kami terus berseru dan menantikan mujizat dan pertolongan Tuhan.
Kami tahu bahwa tim medis sudah berusaha sebaik mungkin, jalan satu-satunya harapan kami adalah berseru kepada Tuhan. Malam itu tanggal 9 September 2022, keluarga besar dan tetangga kami sudah berkumpul, berpikir kemungkinan besar secara medis Jesslyn bisa saja dipanggil Tuhan.
Mujizat Tuhan terjadi, pertolongan Tuhan sungguh ajaib, Jesslyn akhirnya dapat melewati masa kritisnya walaupun masih belum sadar, namun ia sudah dapat merespon obat dan tranfusi yang diberikan.
Kami terus beriman dan berserah penuh kepada Tuhan, memohon pengampunan atas segala dosa. Di saat itulah Jesslyn sadar dari koma, ia mulai dapat menggerakan jari tangan kanannya dengan lirih memanggil mamanya. Puji Tuhan, saya bersyukur dan menyadari kuasa Tuhan sangat besar, Dia sanggup melakukan mujizat.
Dokter neurologi sempat mendiagnosa Jesslyn mengalami kelemahan saraf yang mengakibatkan tangan dan kaki sebelah kirinya tidak dapat digerakkan sama sekali, bahkan bibirnya tidak dapat tersenyum ke sebelah kiri, matanya tidak bisa berkedip seperti biasa. Namun kami sudah tidak merasa kuatir lagi karena kami sudah menyerahkan Jesslyn sepenuhnya kepada Tuhan. Kami sudah merasakan jauh lebih baik walaupun keadaan Jesslyn seperti itu.
Saya percaya bahwa segala hal yang terjadi hanya untuk kebaikan kami, prosedur medis terus kami jalani dengan melakukan operasi pembuatan kantong kolostomy (untuk BAB dan mengeluarkan cairan lain dalam tubuh Jesslyn, serta menutup sementara anusnya, yang bertujuan untuk mengobati infeksi). Kami terus berdoa dan berharap kepada Tuhan untuk tidak fokus kepada penyakit atau masalahnya tetapi fokus kepada Tuhan.
Dua hari berlalu, akhirnya Jesslyn sudah semakin membaik dan diijinkan untuk pulang. Dengan terus mengkonsumsi obat saraf untuk menghindari kejang susulan dan tetap melanjutkan kemoterapi serta poli fisioterapi agar bagian tubuhnya kembali dilatih bergerak. Kami bersyukur sudah tidak meragukan lagi tentang apapun juga. Sekalipun secara kasat mata anak kami masih mengunakan kateter, usus yang dikeluarkan bahkan stroke sebelah, namun pemikiran dan iman kami berbeda, kami percaya dan mengatakan Tuhan sanggup melakukan perkara yang dahsyat.
Puji Tuhan, Jesslyn seperti mendapat kekuatan baru, ia mulai dapat menggerakan tangan dan kaki kirinya. Setiap hari setelah doa pagi kami menemani Jesslyn untuk belajar tersenyum, semakin lama semakin membaik dan ia mulai bisa menggerakan semua bagian tubuhnya walaupun tidak melalui fisiotetapi di rumah sakit. Kateter sudah dapat dilepas, NGT (selang untuk minum susu yang langsung dari hidung ke lambung) pun dilepas. Dokter neurologi pun melihat betapa cepat kesembuhan Jesslyn, ini semua karena kuasa doa. Tanggal 25 Oktober 2021, akhirnya sel kanker yang tadinya 89% sudah menjadi turun drastis menjadi 5%, Halleluya!
Semakin hari Jesslyn semakin membaik dan dapat berjalan dengan normal. Dokter menyarankan agar dilakukan operasi untuk mengembalikan saluran pencernaannya kembali, setelah operasi dilakukan pencernaannya juga sudah membaik. Tiba saat jadwal pemeriksaan BMP kembali pada tanggal 7 April 2022 pukul 14.00 dan dari hasil pemeriksaan dokter mengatakan bahwa sel kanker Jesslyn 0%, dengan bahasa medis “sel blast sulit ditemukan”.
Puji Tuhan, Jesslyn sudah disembuhkan Tuhan dengan sempurna, Halelluya. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan, organ baru, sel darah baru dan kekuatan baru, Tuhan gantikan!
Satu hal yang ingin saya bagikan, bahwa jangan pernah sedikitpun meragukan kuasa Tuhan. Meskipun di saat keadaan tersulit apapun di dalam hidup kita, tetaplah percaya meskipun saat semua rencana tidak sebaik yang diharapkan, jangan fokus pada masalah yang ada pada hidup kita, tetapi satu hal berfokus kepada Tuhan karena iman kitalah yang akan menyelamatkan, Amin.
We use cookies to enhance your experience. By continuing to visit this site, you agree to our use of cookies.