Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
https://hmministry.id/userfiles/vopArticle/
YesusTeladanIntegritasdalamPerbuatan.pdf
Ruang Remaja
Banyak remaja masa kini suka menghabiskan waktu luang mereka dengan bermain game di HP maupun di komputer.
Permainan ini sering kali sangat menyenangkan, dan bisa dimainkan sendiri atau dalam kelompok, baik secara offline (langsung) maupun melalui online (internet).
Namun, jika kamu seorang remaja Kristen, kamu mungkin bertanya-tanya:
“Apakah bermain game adalah cara yang baik untuk menghabiskan waktu saya? Apa yang dikatakan Alkitab tentang aktivitas ini?”
Nah, karena Alkitab ditulis hampir 2000 tahun yang lalu (atau bahkan lebih lama!), tentu saja tidak mengatakan apa-apa secara spesifik tentang aktivitas seperti bermain game. Namun masih ada beberapa prinsip yang dapat kita ambil dari Alkitab dan membantu kita memahami apa yang diinginkan Tuhan saat berbicara tentang bermain game.
Mari kita pertimbangkan beberapa pertanyaan dan apa yang dikatakan Alkitab tentang berbagai aspek bermain game.
APA ISI DARI PERMAINAN KAMU?
Meskipun ada banyak game yang sangat aman dan sangat menyenangkan, ada juga permainan lain yang bisa mengandung unsur seksual dan sadisme. Sebagai contoh, permainan Grand Theft Auto yang melibatkan pembunuhan, prostitusi, pemerkosaan, dan perdagangan narkoba.
Kita harus berhati-hati dalam memilih permainan yang kita mainkan dan memastikan bahwa permainan tersebut sejalan dengan nilai-nilai Kristiani. Filipi 4:8 berkata,
“Akhirnya, saudara-saudara, apa saja yang benar, apa saja yang mulia, apa saja yang adil, apa saja yang suci, apa saja yang manis, apa saja yang patut dipuji, pikirkanlah tentang semuanya itu.”
Permainan video atau komputer yang berisi konten pornografi dan membuat kita berhasrat adalah berbahaya bagi pikiran dan hati kita. Lama kelamaan permainan yang sadis atau kejam dapat membuat itu terlihat normal bagi kita. Jadi, berhati-hatilah dengan apa yang kamu masukkan ke dalam pikiranmu!
BERAPA BANYAK WAKTU YANG KAMU HABISKAN UNTUK BERMAIN GAME?
Seperti banyak hal lainnya, bermain game bisa dengan cepat menjadikan kita kecanduan. Saya pernah mendengar banyak cerita tentang orang-orang yang sangat menyukai bermain game, sehingga mereka mulai mengabaikan hal-hal lain dalam hidup - seperti sekolah, teman, keluarga, dan bahkan Tuhan.
Salah satu dari 10 Perintah yang diberikan Allah kepada umat-Nya adalah 'Engkau tidak boleh memiliki allah lain di hadapan-Ku'. Apapun yang menjadi lebih penting daripada Allah dalam hidupmu adalah berhala, dan kamu harus menghilangkannya. Perhatikan berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk bermain game. Kita mungkin bisa mengantisipasi dengan menetapkan batasan waktu harian atau mingguan untuk memastikan tidak menjadi kecanduan.
BAGAIMANA BERMAIN GAME MEMPENGARUHI HUBUNGAN KAMU?
Permainan dapat menjadi aktivitas sosial, tetapi juga dapat mempengaruhi hubungan kita dengan orang lain. Jika kita terlalu banyak menghabiskan waktu bermain game, kita mungkin mengabaikan hubungan kita dengan keluarga, teman, atau pasangan.
Bermain game bisa sangat kompetitif, jika hal itu mempengaruhi jiwa kita secara berkelebihan bisa berdampak yang kontra kondusif dalam membangun persahabatan.
1 Tesalonika 5:11 mendorong remaja Kristen untuk "saling mendorong dan saling membangun". Hal itu akan sulit dilakukan ketika kita terus-menerus menggunakan kata-kata kasar dan mengolok-olok teman kita ketika bermain game.
Sebagai remaja Kristen, kita harus tetap menjaga sikap dan perilaku yang baik dalam bermain game, menghindari penghinaan atau perilaku yang tidak menghormati terhadap sesama pemain.
SO, BOLEHKAH SAYA BERMAIN GAME?
Jawaban singkatnya adalah “YA”.
Salah satu aspek positif dari bermain game adalah mengasah kecepatan berpikir, meningkatkan kinerja otak, merespon dan mengambil keputusan/pilihan. Bermain game dalam batasan tertentu juga menjadi media pembangun pertemanan sejauh kita bertemu dengan orang yang 'benar'.
Jadi bermain game adalah hal yang wajar bagi kita sebagai remaja Kristen, bagian dari gaya hidup remaja masa kini. Tetapi seperti halnya dengan semua aktivitas lainnya, kita perlu bijaksana dan berhati-hati.
Hati-hati dengan konten permainan yang kita mainkan, waktu yang dihabiskan, dan cara game tersebut mempengaruhi pikiran kita.
Jika kamu khawatir dengan bad-habit bermain game-mu, jangan ragu untuk bicarakan hal itu dengan orang dewasa Kristen yang kamu percaya untuk mendapatkan nasihat dan bimbingan.. Amin. (MA)
Ruang Keluarga
Mengubah Generasi Stroberi Menjadi Generasi Yeremia
Siapa yang tidak tahu buah stroberi. Selain enak, buah stroberi memiliki warna dan bentuk yang menarik. Buah stroberi mengandung banyak sekali sumber gizi. Namun dibalik banyaknya kelebihan, buah stroberi ternyata memiliki tekstur yang mudah rapuh. Buah stroberi itu tampak indah dan eksotis, tetapi begitu dipijak atau ditekan ia akan mudah sekali hancur. Filosofi ini dikaitkan dengan generasi dibawah milenial yang tumbuh di masa perkembangan teknologi modern, tetapi ketika dihadapkan pada suatu masalah menjadi mudah rapuh.
Istilah strawberry generation pada mulanya muncul di negara Taiwan. Di Indonesia, Prof. Rhenald Kasali guru Besar FEUI, praktisi sekaligus penulis buku tentang manajeman perubahan; sudah mempelajari dan menulis buku yang berjudul Strawberry Generation – Mengubah Generasi Rapuh Menjadi Generasi Tangguh serta melalui streaming youtubenya.
Ia menerangkan bahwa strawberry generation adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati. Generasi stroberi ini merupakan potret dari sebuah generasi yang lahir dari tangan-tangan orangtua yang hidupnya jauh lebih sejahtera dari generasi sebelumnya; dimana orangtua masih turut campur memutuskan dalam berbagai hal, mulai dari memilih jurusan, universitas sampai pesta pernikahan.
Analisis mengapa dapat muncul anak-anak muda yang rapuh dan manja setidaknya ada beberapa hal, yakni:
Self Diagnosis Berdasarkan Apa yang Dikatakan Sosial Media
Dengan banyaknya informasi yang beredar di sosial media dan mereka langsung menyerapnya bagaikan busa yang menyerap air. Mereka terpapar informasi-informasi yang kadang belum tentu benar dan tepat sesuai dengan apa yang dikatakan Alkitab.
Mereka mencoba mencocok-cocokkan apa yang terjadi kepada dirinya dengan apa yang dikatakan dalam sosial media. Akhirnya identitas diri mereka dibangun berdasarkan apa yang dikatakan oleh sosial media, bukan apa yang dikatakan Tuhan tentang dirinya. Sebagai contoh, anak muda jaman sekarang mudah cemas ketika melihat postingan temannya pada usia 25 tahun sudah menikah, punya anak, punya karir yang terlihat baik sudah punya mobil dan lain-lain. Mereka berpikir bahwa kesuksesan diukur dari materi semata, ini malah akan menjadikan mereka overthinking. Akhirnya mereka tertekan, stress, bahkan depresi karena belum mencapainya. Dalam studi komprehensif pertama BARNA tentang generasi dibawah milenial, kecemasan adalah tema yang berulang, terkait dengan hal-hal seperti karier, pendidikan, uang dan hubungan. Generasi dibawah milineal adalah generasi yang paling mungkin untuk mengakui bahwa melihat kehidupan orang lain di sosial media membuat mereka merasa tidak aman tentang diri mereka sendiri.
Cara Orangtua Mendidik Terkait Kondisi Keluarga yang Lebih Sejahtera
Tidak dapat dipungkiri kehidupan sekarang pada umumnya lebih sejahtera daripada beberapa dekade yang lalu. Dibesarkan dalam keluarga yang sejahtera patut disyukuri, tetapi perlu juga untuk diwaspadai, karena akan berakibat pada beberapa hal. Pada keluarga yang sejahtera orangtua mempunyai kecenderungan memberikan apa yang diminta oleh anak-anaknya, anak-anak dimanja dengan permintaannya. Bahkan ketika orangtua sibuk bekerja, biasanya memberikan kompensasi atas waktu yang lebih sedikit - dengan uang atau benda-benda material lainnya. Padahal waktu seharusnya tidak dapat dikompensasi. Akhirnya orangtua tidak bisa menjadi mentor yang baik bagi setiap pertumbuhan iman anak-anak.
Untuk membangun RESILIENT DISCIPLES atau murid-murid yang tangguh (Buku Faith for Exiles karya David Kinnaman dan Mark Matlock) anak-anak muda perlu dipersiapkan, lebih dari sekedar melindungi mereka. Nah, apa yang harus diperhatikan orangtua dan gereja untuk memenangkan generasi stroberi ini, mengubah generasi manja menjadi generasi baja, generasi rapuh menjadi murid-murid yang tangguh.
Keluarga dan Gereja Menjadi Tempat Membangun Identitas Diri yang Tangguh di dalam Kristus.
Hal yang paling benar tentang siapa kita adalah apa yang dikatakan Pencipta kita tentang kita bahwa kita diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya (Kejadian 1:26) Anak-anak muda perlu mengalami Yesus karena akan memperkuat siapa identitas mereka dan apa yang mereka percayai. Mereka perlu mengalami Yesus disepanjang jalur relasional mereka, dan jalur relasional yang paling dekat adalah keluarga. Mejadi saksi Kristus dimulai dari Yerusalem, Yerusalem bisa menggambarkan keluarga. Orangtua membantu anak-anak menemukan dan membangun identitas tangguh mereka. Ketika orangtua mencontohkan cara yang mendalam untuk mengikuti Yesus, anak-anak memperhatikan dan menirunya.
Keluarga dan Gereja Merupakan Tempat Mereka Ditanam dan Ruang Untuk Bertumbuh
Orangtua menjadi mentor bagi mereka, artinya hadir bagi mereka dan menjalani proses dengan mereka, bukan pada kesibukan program dan menuntut perubahan yang cepat.
Gereja membutuhkan lebih sekedar khotbah yang baik untuk memuridkan tetapi juga dibutuhkan struktur pembelajaran yang lain, salah satunya adalah mentoring atau pemuridan. Karena itu anak-anak muda juga perlu tertanam dalam sebuah gereja lokal dan komunitas sel (COOL).
Mari kita persiapkan anak-anak muda sehingga mereka menjadi murid-murid yang tangguh, dari generasi rapuh menjadi tangguh, dari generasi manja menjadi generasi baja. Di era Pentakosta Ketiga ini kita yakin akan bangkit generasi Yeremia, yaitu anak muda yang cinta Tuhan, tidak kompromi akan dosa dan bergerak memenangkan jiwa. (TB)
MEMPERSIAPKAN MASA DEPAN UNTUK ANAK ITU PENTING
TETAPI JAUH LEBIH PENTING MEMPERSIAPKAN ANAK UNTUK MASA DEPAN MEREKA
We use cookies to enhance your experience. By continuing to visit this site, you agree to our use of cookies.