Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
GENERASI YEREMIA, SELESAIKAN AMANAT AGUNG!
Ruang Remaja
"Siapa yang tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini
engkau beroleh kedudukan sebagai ratu."
Ester 4:14b TB
Kisah Malala Yousafzai: Pejuang Pendidikan dari Pakistan
Di sebuah desa kecil di Swat Valley, Pakistan, hidup seorang gadis bernama Malala Yousafzai. Sejak kecil, Malala menyukai sekolah dan bercita-cita menjadi dokter. Namun, ketika ia berusia 11 tahun, kelompok militan Taliban mulai menguasai daerahnya. Mereka melarang anak perempuan pergi ke sekolah.
Banyak orang memilih diam demi keselamatan, tetapi Malala berbeda. Terinspirasi dari ayahnya yang juga seorang pendidik, ia mulai menulis blog anonim untuk BBC, menceritakan kehidupan di bawah pemerintahan Taliban dan perjuangan anak perempuan yang ingin belajar. Tulisan-tulisannya menyentuh banyak orang di seluruh dunia.
Namun, keberanian itu membuatnya menjadi target. Pada 9 Oktober 2012, saat pulang sekolah, bus yang ia tumpangi dihentikan oleh seorang pria bersenjata. Pria itu bertanya, “Siapa Malala?” Sebelum ada yang menjawab, ia menembak Malala di kepala. Dunia terkejut mendengar berita ini. Malala dibawa ke rumah sakit di Pakistan, lalu diterbangkan ke Inggris untuk perawatan intensif.
Ajaibnya, Malala selamat. Alih-alih takut, ia semakin bertekad untuk memperjuangkan pendidikan bagi anak perempuan di seluruh dunia. Dari Inggris, ia mendirikan Malala Fund, sebuah organisasi yang mendukung pendidikan bagi jutaan anak. Pada 2014, di usia 17 tahun, Malala menjadi penerima Hadiah Nobel Perdamaian termuda dalam sejarah.
Hari ini, Malala terus berbicara di panggung dunia, menantang ketidakadilan dan mengingatkan bahwa pendidikan adalah hak semua anak—laki-laki maupun perempuan.
Relevansi dengan Alkitab: Dipanggil untuk Waktu Tertentu
Kisah Malala mengingatkan kita kepada Ratu Ester di Alkitab. Ester tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi ratu Persia, tetapi Tuhan menempatkannya di posisi itu untuk menyelamatkan bangsanya. Ester harus memilih: tetap diam demi keamanan diri sendiri, atau mengambil risiko demi menyelamatkan banyak orang lain. Malala pun menghadapi pilihan yang sama—diam dan aman, atau berbicara dan menghadapi bahaya.
Ester 4:14 mengingatkan bahwa mungkin kita ada di posisi tertentu bukan untuk kebetulan, tetapi untuk tujuan Tuhan. Malala menggunakan suaranya untuk membela orang yang tidak bisa membela diri. Itu adalah tindakan iman yang luar biasa.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Sebagai remaja atau anak muda, kita mungkin tidak menghadapi ancaman seperti Malala. Namun, kita bisa belajar bersuara ketika melihat ketidakadilan, membela teman yang dibully, atau menyuarakan kebenaran meski tidak populer. Tuhan bisa memakai langkah kecil kita untuk membawa perubahan besar. (MA)
"One child, one teacher, one book,
one pen can change the world."
Malala Yousafzai
Dunia Kita
Ketika mendengar kata “unta,” kebanyakan orang akan membayangkan hewan berpunuk yang berjalan pelan di gurun pasir. Tapi tahukah kamu bahwa unta memiliki kemampuan luar biasa untuk bertahan hidup di lingkungan ekstrem? Salah satu kemampuan uniknya adalah menutup lubang hidungnya rapat-rapat ketika badai pasir datang.
Kemampuan ini bukan hanya sekadar “trik,” tapi bagian dari desain tubuh unta yang menakjubkan, sehingga ia bisa tetap bernapas tanpa kemasukan pasir saat angin gurun berhembus kencang.
SISTEM PERNAPASAN YANG DILENGKAPI “PINTU”
Berbeda dari kebanyakan hewan, lubang hidung unta bisa benar-benar tertutup rapat. Caranya, otot di sekitar hidung berkontraksi, menutup hampir seluruh lubang, namun tetap menyisakan celah kecil untuk udara. Celah ini cukup untuk bernapas, tapi sekaligus bisa menghalangi masuknya butiran pasir.
Tidak hanya itu, hidung unta juga punya lipatan-lipatan di bagian dalam yang berfungsi sebagai filter alami. Lipatan ini menyaring debu dan pasir, sekaligus menjaga kelembapan udara agar tubuh unta tidak cepat kehilangan air.
PERLENGKAPAN LENGKAP UNTUK HIDUP DI GURUN
Selain hidung yang bisa menutup, unta juga memiliki bulu mata yang panjang dan tebal untuk melindungi mata dari debu. Kelopak matanya bahkan transparan, sehingga ia bisa melihat saat badai pasir tanpa harus membuka mata sepenuhnya.
Ditambah lagi, unta mampu menyimpan cadangan energi dan air di dalam tubuhnya, membuatnya sanggup berjalan berhari-hari tanpa minum. Semua ini adalah bukti bahwa unta benar-benar diciptakan untuk menghadapi kerasnya kehidupan gurun.
APA KATA ALKITAB?
Mazmur 121:7-8 berkata:
"TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya."
Seperti unta yang diperlengkapi dengan “penutup hidung” untuk menghadapi badai pasir, kita pun diperlengkapi Tuhan dengan perlindungan rohani untuk menghadapi badai kehidupan. Kadang kita baru menyadari kekuatan ini saat badai itu datang.
KESIMPULAN
Unta bukan hanya hewan gurun biasa. Dengan hidung yang bisa menutup, bulu mata pelindung, dan daya tahan tubuh luar biasa, unta mengajarkan kita bahwa setiap makhluk diciptakan Tuhan dengan perlengkapan khusus sesuai kebutuhan dan tantangan dalam hidupnya.
Jadi, saat hidup terasa berat, ingatlah: kamu juga sudah diperlengkapi dengan “penutup hidung” versimu sendiri—kekuatan, hikmat, atau iman—yang akan membantumu melewati badai. (MA)
Ruang Keluarga
"karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya,
dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.
Sebab, Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya,
dan mencambuk orang yang diterima-Nya sebagai anak."
Ibrani 12:6 TB
Perkenalkan nama saya Lince, pernikahan saya dengan King King Candra telah dikarunia dengan dua orang anak; putra dan putri. Dalam kesempatan ini saya ingin bersaksi akan kebaikan Tuhan yang telah Tuhan kerjakan bagi suami saya.
Pada tanggal 20 Desember 2022 saat berada di kantor, tiba tiba perut bagian kanan suami saya terasa sakit. Segera dia ke toilet, karena pikirnya akan membaik setelah buang air besar. Namun rasa sakit perutnya semakin menjadi, tubuhnya menjadi lemas bahkan dia sampai berjalan membungkuk menahan sakitnya. Sampai-sampai teman kantornya harus membantunya keluar dari kamar mandi dengan memapahnya. Akhirnya suami saya diijinkan pulang oleh atasannya untuk dapat beristirahat dan pergi berobat.
Karena jarak rumah kami di Tangerang jauh dari tempat kerja suami yang di Bekasi, maka dia pulang ke kostnya. Sesampai di kost, suami saya sempat berpikir bagaimana cara dia harus berobat, sedangkan di BPJS masih terdapat tunggakan 12 juta. Akhirnya dia memberanikan diri untuk mengajukan pinjaman dari kantor.
Namun kantor tidak langsung memberikan pinjaman tersebut, bahkan diarahkan untuk menggunakan JKS saja. Jujur saat itu, suami saya merasa hampir putus asa. Untuk menahan rasa sakitnya, dia sampai harus meminum obat warung. Keadaannya semakin tidak membaik, bahkan malam itu ketika sedang buang air kecil dia mengeluarkan darah.
Dengan paniknya suami langsung menghubungi saya dan menceritakan keadaannya. Mendengar hal itu sebagai seorang istri saya sangat sedih dan takut. Kami juga tidak ada biaya untuk berobat ke dokter. Segera saya menghubungi mama mertua dan sambil menangis saya menceritakan keadaan suami kepada mama. Puji Tuhan, beliau bersedia membantu biayanya.
Keesokan paginya, mama mertua meminta adik ipar untuk mengantar saya ke kost suami di Bekasi, untuk menjemputnya berobat ke dokter. Saya melihat keadaannya sudah sangat lemah, tubuhnya keluar keringat dingin dengan wajah yang pucat dan jalannya juga sudah membungkuk. Puji Tuhan, Tuhan tidak pernah terlambat menolong kami, akhirnya kami tidak jadi dibantu oleh mama karena kantor akhirnya memberikan pinjaman, sehingga kami dapat membayar tunggakan BPJS.
Setibanya kami di RS, dokter jaga mengatakan bahwa ruangan IGD sudah penuh. Saya sempat berpikir bagaimana bila waktu menunggunya lama, saya khawatir dan takut akan keselamatan suami saya yang kelihatan kondisinya sudah kritis. Saya berdoa dalam hati memohon pertolongan Tuhan agar ia dapat segera ditangani. Saya kembali ke ruangan IGD dan menanyakan apakah sudah ada ruangan yang kosong, atau paling tidak dapat segera diperiksa dahulu karena saya sangat mengkhawatirkan keadaannya.
Beberapa saat kemudian, akhirnya suami saya dapat ditangani dokter. Saya langsung mengurus surat administrasi. Dokter jaga mengatakan bahwa leukosit suami saya sangat tinggi mencapai 44 ribu, sedangkan normalnya 12 ribu. Dokter sampai terheran-heran, harusnya suami saya sudah tidak sadarkan diri.
Saya percaya bahwa ini semua karena campur tangan Tuhan. Dialah yang menyertai suami saya hingga saat ini. Sesaat itu saya dapat menyaksikan suami saya begitu kesakitan ketika selang di masukan ke dalam hidungnya. Saya tidak tega melihatnya dan kasihan karena selama ini dia belum pernah mengalami seperti ini, paling hanya sakit masuk angin biasa, tidak enak badan dan maag yang kambuh.
Setelah dokter melakukan pemeriksaan, rontgen, cek darah dan rekam jantung, akhirnya dokter mengatakan harus rawat inap. Karena hasil diagnosanya, suani mengalami usus buntu kritis maka tindakan operasi akan dilakukan pada esok harinya.
Tanggal 21 Desember 2022, dokter bedah datang dan melihat hasil rontgennya. Dokter mengatakan harus segera dilakukan operasi. Kami berdoa memohon pengampunan Tuhan, agar Tuhan ambil alih dan meminta penyertaan campur tangan Tuhan agar yang terbaik dapat terjadi.
Selesai berdoa, suami masuk ke ruang operasi, saya menunggu dengan cemas selama beberapa jam. Sebagai manusia saya mulai merasa khawatir, kenapa belum selesai operasinya? Setelah menunggu hingga 3 jam, akhirnya saya mendengar panggilan untuk keluarga suami. Dokter yang memanggil mempersilahkan saya untuk masuk ke ruang operasi dan menjelaskan bahwa usus buntu suami saya sudah pecah, pihak dokter sudah melakukan semaksimal mungkin, kondisinya sudah menyebar ke organ tubuh lainnya. Bagian usus sudah ada abses (banyak nanah diusus kecilnya), namun tidak sampai dipotong. Diperkirakan sudah pecah selama 5 hari.
Saya hanya dapat menahan air mata dan berseru kepada Tuhan memohon pertolongan-Nya. Kemudian saya bertanya, “Sekarang bagaimana dok, apakah setelah operasi keadaan suami saya akan membaik?” Dokter tidak menjawab, hanya merekomendasikan agar dapat di rawat di ICU, karena napasnya agak tersengal sedikit, jadi harus dirawat dengan lebih intensif. Kondisnya belum siuman, saya begitu takut.
Begitu banyak kekhawatiran serta bayangan ketakutan yang terlintas. Apabila sampai terjadi sesuatu yang membahayakan suami, bagaimana dengan kehidupan saya dan anak-anak.Tetapi Roh Kudus mengingatkan saya untuk tetap berdoa dan berkata suami saya dalam keadaan baik-baik saja.
Keesokan harinya, saya melihat dia sudah siuman dan dapat mengenali saya, hanya karena mulutnya terdapat selang sehingga suaranya tidak jelas. Saya bisikan ke telinganya: “Papi pasti sembuh, ada anak-anak papi yang sedang menunggu dan Tuhan pasti tolong.” Ia mengangguk sambil mengeluarkan air mata. Setelah dua hari kemudian, akhirnya dipindahkan ke ruang rawat inap. Puji Tuhan, Tuhan sungguh baik. Selesai operasi dia hanya diijinkan minum 1 sendok setiap 1 jam sekali.
Karena saya mengikuti saran dari dokter untuk tidak memberikanya minum, kami sempat bersitegang karena ia sempat marah karena permintaannya tidak dituruti. Setelah satu hari, akhirnya diperbolehkan untuk minum setengah gelas, dan setiap harinya dapat lebih banyak lagi. Untuk ke kamar kecil juga dia dapat sendiri, tetapi untuk buang air besar masih takut sampai menangis.
Kami masuk ke dalam kamar kecil bersama-sama dan berdoa, bila Tuhan sudah menolong menyertai saat operasi, kami percaya Tuhan juga pasti menolong untuk dapat buang air besar. Puji Tuhan, Tuhan menjawab doa kami akhirnya suami dapat buang air besar.
Setelah 5 hari di RS, dia diijinkan pulang, namun selang dua hari napasnya kembali sesak, dan harus kembali di rawat selama satu minggu untuk terapi uap sampai kondisinya baik. Kemudian saya melihat perut suami saya timbul abses (nanah). Saya pun segera membawa suami berobat ke RS, tetapi karena kami menggunakan BPJS, antriannya sangat lama. Saya melihat nanah yang keluar semakin banyak. Saya sangat takut, ketika dokter mengatakan harus kembali di operasi. Padahal sebelumnya suami saya sudah dinyatakan baik.
Di sini suami saya mulai merasa kecewa, mengapa harus terulang lagi. Ia merasakan takut dan khawatir. Saat dokter mengambil sample darah, suami menanyakan apakah dia harus melakukan operasi kembali? Saya menenangkannya dengan mengatakan bahwa dokter hanya akan melakukan operasi kecil saja untuk nanah yang keluar, padahal dalam hati sayapun merasa takut. Namun sebagai seorang istri saya harus terus menguatkan sekalipun sebagai manusia saya sering khawatir.
Saya hanya dapat berserah dan berdoa kepada Tuhan. Saya percaya bahwa Tuhanlah yang menolong. Dialah Allah yang menyembuhkan dengan sempurna, sekalipun ini adalah operasi yang ke dua.
Saat malam sebelum operasi tiba-tiba nanah yang ada diperutnya muncrat seperti air mancur. Saya terkejut, sampai bertanya: ‘Apa lagi ini Tuhan?’ Saya minta bantuan perawat, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Akhirnya mereka menghubungi dokter bedah.
Saya terus berdoa kepada Tuhan, sambil terus menguatkan suami: “Kamu akan baik-baik saja, pasti sembuh.” Tindakan operasi akan dilakukan pada pukul 10 pagi. Setelah abses (nanah) selesai dibersihkan, lalu dipasang selang dibagian kanan dan kiri perut agar abses dapat keluar melalui kantong stoma.
Dalam keadaan itu, Tuhan ijinkan kami untuk bertemu dengan anak Tuhan yang kebetulan juga di rawat satu ruangan dengan suami. Kami memuji dan menyembah Tuhan dengan sungguh. Tanpa sengaja ia memutar firman Tuhan dari Youtube dan hamba Tuhan nya sedang mengatakan: “Saya merasakan ada seseorang yang sakit dibagian perutnya, Tuhan ingin jamah, Tuhan pasti sembuhkan.” Kata-kata itu telah membangkitkan iman kami dan apa yang dikatakan hamba Tuhan itu sama persis dengan apa yang suami saya alami. Saya percaya ini bukan suatu kebetulan. Hamba Tuhan tersebut selanjutnya berkata: "Setiap rasa kecewa, kesal, dari semuanya ini Tuhan ingin membentuk Anda dan ingin memperbaharui."
Mendengar kata-kata itu saya dan suami menangis sejadi-jadinya, memohon pengampunan kepada Tuhan dan memohon kesembuhan terjadi dengan sempurna. Saya berdoa agar Tuhan dapat menyembuhkan suami saya agar Tuhan boleh pakai suami saya bagi kemuliaan-Nya.
Malam itu ketika kami sharing, kami kembali digerakan untuk menyembah Tuhan bersama-sama dalam ruangan itu. Kami memohon pengampunan dari Tuhan, sungguh kami rasakan hadirat-Nya yang begitu indah, sampai tidak ingin berhenti rasanya.
Tuhan Yesus baik, mujizat-Nya pasti terjadi orang-orang yang mengandalkan Dia, yang percaya dan berserah kepada-Nya. Tidak terasa 9 hari berlalu, akhirnya suami diperbolehkan pulang. Pesan dari dokter setiap hari kantung stoma harus dibersihkan.
Saya mengantar suami untuk kontrol setiap minggunya, sampai abses mengering. Kantong stoma boleh dilepas walau belum kering benar, karena selang stoma jika terlalu lama diperut, dikhawatirkan akan mengakibatkan infeksi, jadi terpaksa harus dilepas sekalipun masih ada sedkit cairan.
Setelah beberapa minggu suami melihat pusernya terlihat kekuningan seperti abses. Kami pun menghubungi dokter. Setelah check up dan rontgen, ternyata terdapat abses kembali. Akan tetapi kali ini hanya di luar perut, bukan di bagian dalam, sehingga hanya dilakukan operasi kecil saja.
Kami berdoa agar operasi yang ketiga ini berjalan lancar. Kami tetap berserah dan berharap penuh kepada Tuhan memohon tuntunan Roh Kudus. Jujur saat itu saya agak sedih; kenapa Tuhan mengijinkan sampai terjadi operasi ke 3 kalinya, namun saya seperti mendengar suara yang mengatakan bahwa semua akan baik baik saja. Hati saya kembali tenang, operasi berjalan dengan lancar selama setengah jam dan suami saya dalam keadaan sehat.
Puji Tuhan, melalui situasi ini kami semakin hari semakin dekat dengan Tuhan. Setiap pagi kami mulai dengan mezbah doa, saat teduh, seperti yang kami lakukan ketika waktu di RS. Kami selalu berdoa bersama-sama setiap pagi. Saya percaya Tuhan ijinkan melalui penyakit suami, membuat hubungan kami dengan Tuhan diperbaiki, kami semakin dekat dan mengasihi Tuhan, hingga setelah kami pulang suami saya terus menyaksikan kebaikan Tuhan kepada setiap teman-temannya.
Segala sesuatu yang Tuhan ijinkan terjadi, Tuhan pasti punya sesuatu yang baik untuk suami saya. Tuhan ubahkan dia yang tadinya suka emosi dan marah-marah kini menjadi sosok yang sabar dan lembut. Bahkan ketika perutnya saya pikir sudah baik-baik saja, masih terlihat seperti nampak ada nanah kecil. Namun kali ini respon kami berbeda, kami tidak lagi merasa takut, karena kami tahu bahwa Tuhan telah menyembuhkan. Haleluya, Amin.
We use cookies to enhance your experience. By continuing to visit this site, you agree to our use of cookies.