DISEMBUHKAN TUHAN DARI LEUKIMIA

Posted by Admin 2024-01-07

blog-post-image

"Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan." Yohanes 11:4

Perkenalkan nama saya Rospita Sitorus, sejak tahun 2015 saya dan keluarga telah menetap di Colorado-USA. Awal tujuan kepindahan kami, adalah sebagai upaya memperbaiki kehidupan keluarga menjadi lebih baik lagi. Namun Tuhan mempercayakan kepada kami, bukan hanya tentang uang, tetapi juga hati yang rela melayani. Saya bergabung di BIC Denver (Rayon 50) dan melayani sebagai worship leader.

Dalam kesempatan ini saya ingin membagikan kebaikan Tuhan melalui kesaksian saya.  Pada  bulan Oktober 2022 saya dinyatakan terpapar COVID-19 untuk kedua kalinya. Padahal sudah satu setengah bulan saya isolasi mandiri di rumah; bahkan berobat ke dokter sampai tiga kali,  namun saya merasa penyakit saya kali ini tidak juga kunjung sembuh, bahkan semakin memburuk.  

Dibeberapa bagian tubuh saya mulai  timbul ruam atau memar, mulut penuh dengan sariawan, napas pun mulai terasa berat sehingga sulit sekali untuk bernapas. Karena merasa curiga ada kelainan dari paru-paru saya maka tiga hari kemudian  saya pergi ke dokter. Hasil pemeriksaan tidak terdapat pneumonia (radang paru-paru).

Karena keadaan saya tetap saja tidak membaik, saya kembali memeriksa diri ke klinik.  Perawat yang melihat keadaan saya segera merujuk saya ke RS. Setibanya di UGD RS, saya diperiksa secara menyeluruh. Dari  hasil pemeriksaan tersebut,  dokter memvonis saya menderita kanker darah.

Sebagai manusia saya tidak dapat menerimanya saat pertama kali mendengar vonis tersebut, karena saya tidak punya riwayat kanker dalam keluarga besar saya,  selain itu saya juga sudah menjaga pola makan dan rajin berolahraga dengan menerapkan gaya hidup sehat.

Saat itu saya ditemani oleh gembala dan suami, hanya dapat terdiam lemas. Dokter belum dapat menentukan jenis kanker yang saya derita karena memang harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Siang itu,  dokter memutuskan agar saya  harus langsung di opname. Dokter menyarankan untuk segera ditangani dan  kemoterapi, sebab apabila tidak akan berakibat  fatal bagi hidup saya.  

Selama di opname saya terus bergumul dan berdoa, saya tetap percaya bahwa ada mujizat Tuhan. Setelah tiga hari di rumah sakit, pada tanggal 24 November 2022, dokter menyuruh saya menandatangani surat untuk segera melakukan  biopsi sumsum tulang belakang; guna mengetahui jenis kankernya.

Setelah bergumul akhirnya saya  menandatangani surat tersebut. Sebagai manusia saya tidak dapat merubah suatu keadaan. Saya  menerima apapun yang telah menjadi kehendak Tuhan atas kehidupan saya. Yang saya lakukan adalah menerima keputusannya Tuhan dan berdamai dengan diri saya sendiri.

Saya melihat ada penyertaan Tuhan ketika saya mulai berserah. Sekalipun saya menderita kanker leukemia, secara fisik tubuh saya tidak mengalami penurunan dan merasakan sakit dibanding dengan penderita leukemia lainnya.  Dokter pun heran melihat kondisi fisik saya hingga mengatakan saya adalah special person.

Setelah dua hari kemudian hasil biopsi pun keluar  dokter menyatakan bahwa  saya menderita Acute Myeloid Leukemia (AML) atau Leukemia Myeloid Akut;  jenis kanker darah dan sumsum tulang, yakni jaringan spons dalam tempat sel darah dibuat sehingga tidak dapat menghasilkan darah putih yang matang.  

Mendengar penyataan dari dokter, saya sangat terkejut dan khawatir. Bagaimana bila sampai terjadi apa-apa dengan diri saya karena anak-anak saya masih kecil. Saya berusaha tidak ingin mencari tahu detail penyakit yang saya derita. Saya tidak ingin bertambah khawatir.

Fokus saya hanya membangun iman, berdoa dan merenungkan Firman serta menyembah Tuhan.  Pada tanggal 25 November 2022 saya dipindahkan ke rumah sakit khusus kanker. Ketika menjalani proses kemoterapi,  mulai saya mengalami rambut rontok dan merasa mual.

Setiap kali dokter bertanya: "apakah ada pertanyaan?" saya selalu menjawab: "kapan saya pulang?". Akhirnya dokter memperkirakan bahwa saya dapat pulang sekitar bulan Januari  2023. Saya yang tidak merasakan sakit apa-apa menjadi bosan bila harus tinggal berlama-lama  di RS. Sampai-sampai agar otot tubuh  saya tidak menjadi kaku dan lemah, saya sering olah raga mengelilingi RS.

Pada tanggal 21 Desember 2022, saya kembali melakukan biopsi yang kedua, guna mengetahui apakah pengobatan yang diberikan berhasil atau tidak. Saya baru mendapatkan hasilnya di tanggal 26 Desember 2022 karena pada hari sebelumnya dokter yang bertugas sedang libur.

Dokter menghampiri saya dan berkata: "good news", karena hasil biopsi yang kedua menunjukan sel kanker saya sudah tidak ada. Puji Tuhan, secara spontan saya berseru memuji Tuhan, dokter kembali menanyakan, "apakah ada pertanyaan?".  Saya menjawab: "kapan saya pulang?". Dokter akhirnya mengijinkan saya pulang selesai biopsi ketiga di tanggal 27 Desember 2022.

Sekalipun hasil biopsi belum keluar, saya akhirnya diijinkan pulang.  Pada  tanggal 29 Desember 2022, appointment dokter yang pertama setelah keluar dari RS,  dokter mengatakan bahwa saya harus di kemoterapi seumur hidup sekalipun sudah dinyatakan tidak diketemukan sel kanker, karena ia tidak mau mengambil resiko apabila penyakitnya timbul kembali.

Mendengar  hal itu saya sangat terkejut dan menangis, saya berpikir untuk apa saya di kemoterapi lagi? Bukankah sudah tidak ada sel kanker pada hasil biopsi yang kedua.  Saya tidak pernah mempelajari tentang kanker, saya pikir apabila  sudah sembuh,  pasti  sembuh. Tetapi ternyata tidak seperti itu.

Setiap selesai kemoterapi saya merasakan tubuh saya  lemah. Saya tidak ingin sepanjang hidup harus bergantung kepada orang lain. Saya mulai protes kepada Tuhan, saya berpikir lebih baik Tuhan memanggil saya pulang dari pada harus menyusahkan orang lain.

Saya memang  telah berdamai dengan diri saya sendiri. Menerima kehendak Tuhan dengan tidak menyalahkan dan mempercayakan hidup saya kepada Tuhan. Saya tahu ada penyertaan Tuhan di dalam hidup saya.

Saya menangis histeris, merasa tidak ada lagi harapan. Saya menghubungi gembala serta teman saya yang pernah mengalami penyakit yang sama. Saya  menceritakan bahwa saya harus melakukan kemoterapi seumur hidup. Saya katakan "untuk apa saya hidup. Lebih baik saya mati saja".

Selesai didoakan dan dikuatkan oleh beberapa hamba Tuhan,  saya akhirnya kembali tenang. Gembala saya berinisiatif mengadakan pertemuan dengan tim dokter. Gembala saya bertanya: "apakah masih percaya kepada mujizat?" Tetapi menurut medis tetap harus diberikan kemoterapi karena jenis kankernya tersebut.

Rencananya akan dilakukan 6 kali kemoterapi,  setelah itu barulah cangkok sumsum tulang belakang. Cara itulah yang terbaik untuk pasien leukemia. Saya menyerahkan dan mempercayakan semuanya kepada penyertaan Tuhan.

Puji Tuhan, karena dokter melihat perkembangan yang bagus dari hasil pemeriksaan, akhirnya  kemoterapi  yang seharusnya dilakukan 6 kali cukup 2 kali.  Dokter memberikan referensi  untuk segera melakukan pencangkokan sumsum tulang belakang.

Semuanya berjalan dengan lancar. Dokter bagian pencangkokan langsung merespon sehingga  semuanya dapat berjalan lebih cepat dari jadwal yang diperkirakan.  Sehingga pada tanggal 26 April 2023 dilakukan pencangkokan sumsum tulang belakang dengan pendonor anak saya sendiri yang sudah berumur 18 tahun. Tuhan seperti sudah mengatur segala sesuatu tepat waktunya. Pencangkokan harus ada hubungan keluarga, itupun dilihat dari kecocokan darah.

Puji Tuhan setelah dilakukan pemeriksaan,  saya dan anak mempunyai kecocokan.  Namun sekali lagi iman saya diuji. Dua minggu sebelum hari pencangkokan, dokter yang menangani anak saya mengatakan bahwa darah anak saya bermasalah; artinya tidak dapat menjadi pendonor karena akan mengakibatkan hal yang fatal bagi orangtuanya.

Sampai akan dilakukan pemeriksaan darah ulang, sebab mungkin saja terjadi kesalahan. Terus terang, mendapat kabar seperti itu saya kembali merasa tertekan dan menangis,  saya kembali komplain dan kecewa kepada Tuhan.  Saya katakan "Tuhan,  apakah tidak cukup sampai di sini saja, mengapa terus ada masalah baru?"

Saya jadi mengkhawatirkan anak, yang dikatakan dokter bahwa darahnya bermasalah. Jangan sampai anak sayapun menderita penyakit yang sama dengan saya. Dalam pengumulan saya berdoa berseru kepada Tuhan, meratap kepada-Nya, saya tidak tahu lagi harus bagaimana, tetapi ternyata Tuhan mampu membalikkan segala keadaan, apa yang tidak mungkin bagi manusia itu mungkin bagi Tuhan.

Setelah melakukan pemeriksaan ulang dokter mengatakan bahwa darah anak saya normal kembali, puji Tuhan,  mujizat terjadi. Akhirnya pencangkokanpun berjalan dengan baik. Saat saya masuk RS,  Tuhan katakan bahwa penyakit yang Tuhan ijinkan terjadi bukan untuk mendatangkan kematian,  tetapi untuk mendatangkan kesaksian dan membawa kemuliaan bagi  Tuhan. Saya  terus memperkatakan janji Tuhan.

Puji Tuhan sampai hari ini saya sehat oleh karena janji dan mujizat Tuhan. Terlalu mudah bagi Tuhan untuk menyembuhkan segala penyakit termasuk kanker. Saya mengalami Tuhan secara pribadi, Tuhan yang sangat baik dan penuh dengan mujizat.  Pengharapan kita di dalam Tuhan tidak pernah mengecewakan.

Melalui penyakit ini, Tuhan juga telah menyembuhkan jiwa dan karakter saya. Tuhan merubah paradigma saya, memulihkan hubungan saya dengan Tuhan.  Saya kembali bergairah bersama Tuhan. Sekalipun secara fisik terasa lemah pasca pencangkokan namun secara roh, saya semakin dikuatkan. Pengharapan kita pasti akan menghasilkan sesuatu. Jangan  pandang kepada apa yang kelihatan tetapi percaya dan yakinlah bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang hidup yang penuh dengan mujizat.