HIDUP ADALAH ANUGERAH TUHAN

Posted by Admin 2024-03-03

blog-post-image

"Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." Yesaya 41:10

Perkenalkan nama saya Agustinus Tony, saya melayani sebagai pengerja sepenuh waktu pada sekretariat SICC dan juga melayani sebagai WL di Rayon 1C (salah satu gereja yang ada di bawah pengembalaan Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo). Saya ingin berbagi cerita tentang cinta kasih setia Tuhan Yesus yang sudah menyembuhkan saya dari sakit.

Empat atau lima tahun yang lalu, saat saya sedang bertugas pelayanan Healing Movement Crusade (HMC) di Kota Kediri, saya merasa agak demam dan lemas. Namun saya tetap memaksakan diri untuk menyelesaikan tugas malam itu. Sampai di hotel saya langsung terkapar. Melihat hal ini teman saya langsung membelikan obat, keadaan saya pun membaik, saya bisa tidur dan bertugas sampai HMC selesai.

Namun setelah kembali ke Jakarta, saya merasa tidak fit, tubuh terasa lemas. Akhirnya saya melakukan cek darah ke laboratorium, untuk mengetahui apakah ada gejala typus; namun ternyata tidak ada. Karena kondisi yang tidak membaik dan nafsu makan mulai hilang, maka saya segera berobat ke sebuah rumah sakit di daerah Kebon Jeruk. Pemeriksaan mencakup faeses dan urin, dan jujur saya takut mengetahui hasilnya. Biaya berobat yang terlalu besar dan mahal membuat saya stress, karena saya tidak mempunyai cukup biaya jika harus meneruskan pengobatan di rumah sakit ini.

Lewat tuntunan Tuhan, akhirnya saya pindah berobat di rumah sakit lain di daerah Salemba. Di sana saya menjalani beberapa pemeriksaan, termasuk salah satunya tes toraks. Hasilnya sungguh mengejutkan, saya divonis mengidap TBC (tuberculosis, atau penyakit paru-paru akibat kuman Mycobacterium tuberculosis). Dari hasil rongent tersebut, paru-paru saya terlihat sudah putih. Saya diharuskan minum obat secara rutin setiap hari selama 6 bulan tanpa putus.
Mendengar hal ini saya benar-benar kaget, saya bingung; saya tertular dari mana? Sebelumnya saya memang sering batuk-batuk kecil. Melihat batuk saya yang tidak kunjung sembuh, seorang teman mengusulkan minum obat batuk atau cek ke dokter, namun saya abaikan, karena saya pikir hanya batuk biasa saja dan saya paling malas ke dokter.

Waktu pun terus bergulir, sampai saya begitu kaget melihat berat badan saya yang terus menyusut dari 72 kg menjadi 47 kg. Bayangkan saja, saya sendiri kaget melihat keadaan diri sendiri.


Dulu saya dijuluki si otot, karena badan saya yang kekar dan berotot. Lalu sekarang; saya kerempeng dan kurus sekali. Karena itu saya tidak mau orang lain melihat saya, memikirkan dan kuatir akan pertanyaan dan asumsi orang-orang.


Jujur ada rasa gengsi, saya tidak mau orang melihat perubahan total pada fisik saya. Maka dari itu selama sakit saya istirahat total dan menyembunyikan diri di rumah. Jika ada yang ingin bertemu, saya selalu menolak dengan segudang alasan.

Keadaan ini membuat saya stress, otomatis imun saya jadi drop, akhirnya tubuh saya semakin melemah. Dokter mengatakan bahwa tubuh saya kekurangan garam yang menyebabkan saya cepat capek dan tidak kuat jalan jauh, cepat ngos-ngosan. Keseimbangan tubuh saya pun terganggu, sehingga untuk memegang sesuatu barang tangan saya sudah gemetar. Maka saya harus diinfus garam 2-4 botol dalam sehari. Jika saya merasa lemas maka akan diulang lagi. Setiap cairan yang masuk akan keluar melalui air seni atau keluar keringat yang berlebihan.

Terkadang saat berbaring saya melihat paha dan kaki saya begitu tipis dan kecil. Secara fisik tubuh saya hanya tinggal tulang berbalut kulit, melihat diri saya sedemikian rupa saya sangat sedih dan sering menangis sendiri. Untuk berkaca saja saya tidak berani. Memikirkan bagaimana kehidupan saya ke depannya? Banyak pikiran yang melintas di kepala saya. Apakah saya akan pulih? Berapa lama lagi saya akan seperti ini? Hari-hari yang saya lalui dipenuhi dengan rasa takut, kuatir, bimbang bercampur aduk jadi satu.


Saya harus melewati masa-masa sulit, untuk dapat menerima keadaan ini. Perasaan saya campur aduk, saya marah karena ada rumor yang beredar; bahwa saya menderita suatu penyakit yang mematikan. Kebetulan yang menangani saya adalah dokter senior spesialis penyakit dalam bidang Gastroenterologi dan infeksi HIV. Sehingga timbul asumsi dari berbagai macam cerita tentang saya, mungkin karena saya menolak untuk dibesuk dan menyembunyikan tentang penyakit saya ini.

Setiap malam selama berbulan-bulan saya merasakan sesak napas. Rasa takut menghantui saya, saya takut tidak bisa bernapas. Pernah pada suatu malam saya begitu sesak sampai tidak mampu bernapas. Saya hanya berseru kepada Tuhan: "Tuhan Yesus tolong saya!" Puji Tuhan, atas kemurahan-Nya, tidak lama kemudian saya bisa bernapas normal kembali, dan bisa tidur.


Beberapa bulan kemudian tiba-tiba saya dinyatakan TB kelenjar getah bening. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada pria berusia sekitar 20-40. Sistem kekebalan tubuh tidak dapat menahan perkembangan M. tuberculosis. Bakteri M. tuberculosis tersebut dapat memasuki aliran darah atau kanal limfatik tubuh. Kemudian, bakteri yang telah memasuki aliran darah berpotensi mencapai organ-organ tubuh lainnya, seperti ginjal, otak, tulang, serta kelenjar getah bening.
Akibatnya tumbuh benjolan sebesar kelereng di leher sebelah kanan, tidak sakit namun tetap harus dioperasi. Waktu tindakan pertama, saya sempat tidak siuman cukup lama, hal ini membuat mama saya panik. Beliau takut saya tidak bangun lagi.

Bekas operasi meninggalkan jejak seperti ceruk di leher, perban harus diganti di rumah sakit setiap minggu, dan juga obat, biayanya mencapai 600 ribu setiap minggunya. Akhirnya atas seizin dokter, mama saya sendiri yang mengganti perban dan obat, tanpa harus ke rumah sakit.

Belum sampai sebulan, timbul lagi benjolon di bagian ketiak sebelah kiri dan kanan. Saya sempat kuatir kalau harus operasi lagi. Setelah diperiksa dokter ternyata tidak perlu tindakan operasi lagi, tetapi hanya bedah kecil. Hal ini pun terjadi berulang kali.

Saya cukup stress karena bekas operasi lama keringnya, sempat keluar nanah dan luka. Saya ingat luka tersebut saya oles dengan minyak urapan dan didoakan. Puji Tuhan. Tiba-tiba ceruknya mengering dan sembuh. Namun datang masalah baru; nafsu makan saya hilang, melihat makanan saya mual. Tetapi karena ingin sembuh, saya paksakan untuk makan. Setiap harinya masalah 'makan' saja sudah jadi perjuangan buat saya.

Setiap kali saya kontrol ke dokter, seringkali saya bertanya: "Apakah tubuh saya bisa kembali seperti sediakala?" Dokter menjawab "bisa", namun saya meragukannya. Saya tidak tahu apakah jawaban itu hanya untuk menenangkan saya saja, karena pada kenyataannya saya begitu lemah dan kurus kering.

Dalam masa pengobatan saya membutuhkan biaya yang cukup besar, karena saya sempat opname, keluar masuk rumah sakit, dan pada akhirnya rawat jalan. Namun di sinilah saya melihat bukti nyata kasih pemeliharaan Tuhan atas hidup saya. Perpanjangan tangan Tuhan melalui orang-orang yang memang tidak dekat, tetapi tiba-tiba mereka memberkati saya.

Semua biaya operasi Tuhan yang mencukupkan. Dalam situasi itu banyak orang mendoakan saya, mama, keluarga dengan sabar membantu saya dalam masa masa sulit, teman-teman kantor menyemangati, mendukung dalam doa juga dengan kata-kata yang positif. Perhatian dan doa dari Ps. Paulus Suryadjaya gembala GMCC (Rayon 1C); termasuk bantuan diakonia. Semuanya ini membuat iman saya timbul dan lebih lagi berharap mengandalkan Tuhan.

Dalam masa berdiam diri, saya banyak merenungkan tentang kebaikan Tuhan. Saya merasakan Tuhan begitu dekat. Saya melihat pemeliharaan Tuhan dalam masa sulit ketika sakit, bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan saya. Oleh sebab itu saya serahkan hidup saya tanpa kekuatiran kepada Tuhan.

Terlebih lagi kalau saya melayani di HMC, saya melihat di lapangan banyak orang mengalami kesembuhan. Saya percaya Tuhan juga bisa menyembuhkan saya. Saya tidak mau hanya menjadi penonton, namun saya juga mau mengalami. Kalau Tuhan bisa menyembuhkan mereka, Tuhan juga bisa menyembuhkan saya. Yang membuat saya pulih dan sembuh adalah saya terus mempercayai Tuhan, saya mulai membangun hubungan yang lebih intim sama Tuhan. Saya putar lagu Pak Niko tentang kesembuhan, setiap menyanyikan lagu itu saya langsung menangis.

Pada bulan ke-6 saat kontrol ke dokter, saya disarankan agar lanjut minum obat sampai 6 bulan berikutnya, totalnya 1 tahun. Puji Tuhan; di bulan ke-9 Tuhan mulai memulihkan saya, semakin hari saya semakin membaik. Saya merasakan badan saya mulai semakin kuat. Saya percaya semua itu karena Tuhan.

Tuhan yang terus memulihkan keadaan saya dan menggantikan apa yang selama ini hilang; yaitu damai sejahtera, Tuhan gantikan dengan kesukaan. Selama ini saya berpikir Tuhan hanya sayang sama orang lain, tapi tidak kepada saya. Namun melalui proses ini saya belajar; bahwa ternyata Tuhan itu sangat sayang dan peduli kepada saya.

Tuhan Yesus baik, hidup saya sepenuhnya ada di dalam rencana-Nya, dan melalui proses ini saya mau lebih lagi sungguh-sungguh di dalam kesempatan yang Tuhan anugerahkan kepada saya. Hasil rontgen terakhir menyatakan tubuh saya clear, tidak ada TB paru atau pun TB kelenjar getah bening. Semuanya sudah hilang karena Tuhan Yesus sudah menyembuhkan saya dengan sempurna, bahkan berat badan saya tembus 75 kg. Haleluya, Tuhan Yesus dahsyat!