YESUS SELALU MELIHAT DAN MENDENGAR SERUAN ANAK-ANAKNYA

Posted by Admin 2024-03-10

blog-post-image

"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia."Roma 8-28

Shalom, perkenalkan nama saya Yosia Nitiatmadja atau dikenal dengan panggilan Yosi. Saya sudah berkeluarga dan dikarunia dengan dua orang putri. Saya melayani sebagai worship leader di GBI Tampak Siring, Rayon 1D.  Saya dibesarkan di Cirebon hingga lulus SMA. Kehidupan keluarga yang serba berkecukupan, membuat saya tumbuh menjadi remaja yang nakal sejak SMP dan bergabung dalam komunitas geng motor.

Saat duduk dibangku SMA, saya mengikuti jambore rohani di Malang. Saya mengalami lawatan Tuhan dan menerima Tuhan Yesus secara pribadi. Puji Tuhan, sejak itu saya merasakan perubahan dalam hidup saya. Namun beberapa lama setelah pertobatan, usaha orang tua bangkrut. Papa saya yang gemar bermain judi bahkan sampai ke orang pintar membuat perekonomian keluarga semakin sulit.

Sebagai orang yang telah mengenal Tuhan,  saya sempat protes. Mengapa keadaan ini harus terjadi?. Pertanyaan itu terus timbul dalam hati, sampai Tuhan bebicara kepada saya secara audible: "saya itu ada untuk keluarga saya". Tuhan telah menetapkan saya untuk menjadi tiang doa bagi keluarga.

Penyertaan Tuhan sungguh nyata, kerinduan saya untuk dapat membawa mereka dalam pengenalan akan Tuhan dan selalu menyenangkan hati Tuhan serta bergaul intim dengan-Nya.

Setelah lulus SMA, saya merantau ke Jakarta dan tinggal di Bekasi. Saya diterima bekerja di daerah Pluit sebagai seorang akuntan sambil kuliah malam di Salemba. Kegiatan sehari-hari tersebut benar-benar sudah menghabiskan waktu saya. Karena saya harus bangun subuh untuk berangkat ke kantor dan tiba di rumah pada larut malam.

Pada tahun 1999, dengan jelas saya mendengar suara Tuhan ketika sedang membaca flier sekolah thelogia. Tuhan ingin saya untuk masuk ke sekolah theologia tersebut.  Saya bertanya kepada Tuhan, bagaimana saya mengatur waktunya? Karena seharian telah habis waktunya dengan bekerja dan kuliah.  Tuhan katakan agar saya berhenti dari pekerjaan.

Keputusan tersebut sungguh tidak mudah. Bagaimana saya dapat memenuhi kebutuhan hidup apabila saya tidak bekerja. Namun saya mau dengar-dengaran akan Tuhan dan saya taat kepada tuntunan Tuhan. Sungguh ajaib, Tuhan dapat memelihara dan memenuhi segala kebutuhan hidup saya.

Kesaksian ini bermula di tahun 2000, pada pukul 6 pagi  saya berangkat kuliah. Situasi  jalanan pada saat itu nampak begitu  sepi.  Seperti biasa saya mengendarai motor dengan kecepatan sekitar 70-80 km. Saya melihat mobil berhenti di lajur sebelah kiri tetapi tiba-tiba  memutar balik tepat di depan  saya. Sontak saya terkejut hingga tidak dapat mengendalikan kendaraan dan akhirnya tabrakan pun terjadi.

Motor yang saya kendarai menabrak sisi bagian kanan pintu depan mobil. Saya terpelanting terbentur kap mobil bagian depan dengan masih menggunakan helm. Tubuh dan kepala saya terbentur beberapa kali di atas aspal hingga helm lepas dari kepala.

Saya sempat  berdiri dan akhirnya terjatuh lemas. Kepala saya sudah berdarah. Saya melihat orang-orang  datang menolong dan membawa saya ke Puskesmas terdekat.

Saya mendengar sopir yang menabrak saya meminta maaf karena telah memasang musik dengan keras dan tidak memperhatikan jalan. Pihak Puskesmas  tidak berani menangani lebih lanjut. Saya pun segera dilarikan ke rumah sakit lain. Tiba di rumah sakit, saya tidak sadarkan diri selama 7 hari. Setelah sadar setiap kali buka mata saya mengalami seperti vertigo berat,  kepala saya sangat pusing dan terasa mual.

Saya merenungkan kejadian yang menimpa diri saya. Saya sempat menyalahkan keadaan,

Apa salah saya?

Mengapa ini harus terjadi?

Mengapa Tuhan tidak menjaga diri saya?

Rasa sakit  yang saya rasakan dikepala membuat saya terus menutup mata dan tidak berani bergerak dari tempat tidur. Keadaan  kepala saya sungguh sangat mengerikan karena bengkak yang  sangat luar biasa besar dari ukuran biasanya.

Hampir tiga bulan dirawat di rumah saki, ditangani oleh tim dokter bedah. Mereka mengatakan bahwa pembengkakan dikepala saya sudah  mencapai titik kritis, jika batok kepala saya tidak dibedah maka kepala saya tidak akan  kembali menjadi normal.

Gegar otak akan mempengaruhi saraf otak,  bahkan jika operasi  gagal  dapat mengakibatkan saya kehilangan nyawa.  Puji nama Tuhan, saya mendapat dukungan doa dari keluarga, rekan-rekan sepelayanan, gembala dan banyak orang yang mengetahui keadaan saya.

Saya sangat takut membayangkan jika terjadi sesuatu dengan saraf diotak saya, jika gagal dalam pembedahan. Esok  hari adalah  penentuan untuk operasi.

Malam harinya  saya mendengar siaran rohani dari salah satu saluran radio. Saya mendengar kotbah dari hamba Tuhan yang berkata bahwa bagi Tuhan tdak ada yang mustahil.  

Seorang wanita yang sakit pendarahan selama bertahun-tahun dapat mengalami mujizat kesembuhan; bahkan Lazarus yang sudah meninggal 3 hari pun Tuhan Yesus sanggup bangkitkan.

Mendengar Firman Tuhan tersebut, iman saya mulai bangkit. Saya mulai menyembah dan memuji Tuhan, saya menangis dihadapan Tuhan. Saya menyerahkan diri kepada Tuhan, berharap dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Saya berkata: "Ya Tuhan, Engkau sanggup melakukan mujizat kesembuhan dan pemulihan atas keadaan saya. Saya percaya rencana Tuhan belum selesai. Saya percaya Tuhan sanggup memakai hidup saya sampai masa tua menjadi alat Tuhan."

Saya minta ampun kepada Tuhan dan tidak menyalahkan keadaan dan Tuhan. Saya mulai mengucap syukur dan membawa korban syukur kepada Tuhan.

Keesokan harinya asisten dokter memeriksa kondisi saya untuk pembedahan. Ia begitu terkejut melihat  keadaan kepala saya sudah tidak lagi keras seperti batu. 

Sampai diperiksa beberapa kali akhirnya ia memanggil dokter. Dokter pun tidak percaya sampai harus memeriksa berulang-ulang. Dokter berkata, "bagaimana mungkin dapat terjadi perubahan dalam satu malam kalau bukan karena mujizat Tuhan."  Puji Tuhan, tim dokter memutuskan bahwa  saya tidak perlu melakukan tindakan operasi, hanya  cukup bedah kecil saja.

Tuhan Yesus baik, saya tidak dapat menahan haru. Saya berseru mengucap syukur kepada Tuhan. Tim dokter pun bersepakat bahwa ini terjadi karena mujizat dari Tuhan.  Kepala saya berangsur-angsur kembali  normal seperti semula setelah dirawat tiga bulan. Haleluya.

Setelah sembuh,  saya harus berjuang keras untuk belajar berulang-ulang saat saya menyelesaikan kuliah dan ujian skripsi, namun Tuhan membuat semua dapat dilalui dengan ajaib, terpujilah Tuhan Yesus.

Mujizat ini membuat saya kuat bertahan menghadapi segala macam proses kehidupan bahkan fase padang gurun yang harus saya lewati. Saya percaya, tidak ada pergumulan yang lebih besar, tidak ada hal yang lebih menakutkan karena saya sudah mengenal kasih kemurahan Tuhan dalam karya-Nya menyembuhkan dan memulihkan saya.

Jika Tuhan Yesus sanggup tolong dan buat mujizat dalam hidup saya maka saya percaya apapun pergumulan, masalah, keadaan kita semua, Tuhan Yesus Kristus sanggup berkarya atas hidup kita. Dia sanggup lakukan mujizat dalam hidup kita, apapun keadaan kita. Bangkitkan iman doa, pengharapan dan kasih kepada Tuhan Yesus Kristus. Jadikan Tuhan Yesus segala-galanya, Tuhan sungguh amat sangat baik  dan tidak ada Allah Tuhan pribadi seperti Tuhan Yesus. I Love You Jesus.