Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
Klik disini untuk materi selengkapnya...
Ruang Remaja
"Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya,
tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya."
Amsal 11:3
Burt Lancester muda hidup miskin dan luntang-lantung di New York, Suatu siang, ia merasa sangat lapar. Ketika melamun di pinggir jalan, matanya melihat selembar uang $20 tergeletak di pinggir selokan. Uang sejumlah itu sangat berarti besar baginya, langsung terbayang hamburger yang lezat. Setelah itu ia bergegas pulang.
Namun baru beberapa langkah dari situ, ia bertemu seorang nenek yang terlihat kebingungan dan bertanya kepadanya apakah ia melihat uang yang jatuh di sekitar jalan tersebut. Nenek itu menegaskan kalau uang yang hilang adalah 1 lembar $20. Mulai terjadi perang dingin dalam hati Burt, sepintas ia merenung dengan pikirannya yang masih tertuju pada burger lezat, namun dorongan batinnya yang lebih kuat menaruh belas kasihan pada nenek renta itu.
Akhirnya ia mengambil keputusan bulat dengan berkata, "Saya tau, nek..." sambil mengeluarkan uang dari sakunya dan di kembalikan kepada nenek. Wajah nenek menjadi cerah, setelah ucapkan terima kasih, nenek itu berbalik dengan langkah yang enteng.
Dalam hal ini Burt menang atau kalah? Ternyata semuanya terjawab dari karier Burt Lancester yang gemilang. Ia menjadi actor film koboi legendaris. Pemain film yang sangat sukses, terkenal, bersih, serta baik hati. Saat itu ia memang "kehilangan" uang $ 20, tapi di kemudian hari kekayaannya melebihi angka $ 200 juta.
Apakah ada hubungan antara keberhasilan Burt saat ini dengan sikap jujurnya? Secara logika tak ada hubungan langsung, tetapi ada hubungan yang sangat nyata, antara sikap seorang Pemenang dengan Pecundang.
Seorang Pemenang tak akan mengumpulkan kekayaan dengan cara merugikan orang lain, namun seorang pecundang tak akan memperdulikan kehidupan orang lain, tidak memperdulikan pentingnya relasi yang baik, yang dia pikirkan hanyalah kepentingan dirinya sendiri.
Membangun watak dan karakter sesungguhnya lebih sulit daripada membangun bisnis dan reputasi. Perlu belajar dari siapapun, dimanapun dan lebih dari itu guru sejati kita adalah Kristus yang dapat kita pelajari hidupnya dan sikapnya dalam Alkitab. Dan kita perlu belajar membangun watak dan karakter ini seumur hidup untuk memberikan pengaruh positif kepada orang lain. Amin. (MA)
Dunia Kita
Kamu mungkin pernah membenci atau tidak menyukai seseorang. Tahukah kamu apa yang terjadi pada tubuh saat membenci seseorang?
Kebencian terhadap orang lain menjadi seperti ular yang memakan ekornya. Artinya, kamu tidak menyukai mereka karena mereka membuatmu merasa buruk, dan kamu merasa buruk karena kamu tidak menyukai mereka.Bagaimana Mengatasi Rasa Benci?
Manusia harus mengatasi rasa tidak suka untuk melanjutkan kehidupan sehari-hari. Asisten profesor Psikologi di Beacon College di Leesburg, Florida, Amerika Serikat, AJ Marsden menunjukkan bahwa kebencian cenderung menimbulkan dampak negatif terhadap perilaku seseorang, dan memicu stress, wilayah otak yang terkait dengan rasa takut.
Jika kamu membenci seseorang, kamu mungkin tidak bisa bersabar menghadapinya atau malah mengganggunya tanpa sadar. Orang yang dibenci akan memperhatikan sikap kasar kamu dan akan merespon dengan kasar pula. Kunci untuk memutus lingkaran setan ini adalah perhatian.
Ketika kamu menyadari bagaimana kebencian memengaruhi tubuh dan perilakumu, mulailah memahami tentang asal kebencian yang kamu rasakan sehingga dapat membantu mengatasi pengaruh negatif terhadap perilaku.
Apa Kata Alkitab?
Musuh utama kita bukanlah orang yang membenci atau pun melukai kita, tetapi setan atau iblis.
Bagaimana dengan orang yang menyakiti atau selalu bersikap tidak baik kepada kita? Mengampuni dan memberkati adalah hal yang patut kita lakukan.
"Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata:
Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu;
mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu;
berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.
Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan
barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu."
Lukas 6:27-29 TB
Berhentilah membenci, dan marilah saling merangkul dan mengasihi. (LY)
Ruang Kesaksian
"Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata:
Penyakit itu tidak akan membawa kematian,
tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah,
sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan”
Yohanes 11:4
Perkenalkan nama saya Rospita Sitorus, sejak tahun 2015 saya dan keluarga telah menetap di Colorado-USA. Awal tujuan kepindahan kami, adalah sebagai upaya memperbaiki kehidupan keluarga menjadi lebih baik lagi. Namun Tuhan mempercayakan kepada kami, bukan hanya tentang uang, tetapi juga hati yang rela melayani. Saya bergabung di BIC Denver (Rayon 50) dan melayani sebagai worship leader.
Dalam kesempatan ini saya ingin membagikan kebaikan Tuhan melalui kesaksian saya. Pada bulan Oktober 2022 saya dinyatakan terpapar COVID-19 untuk kedua kalinya. Padahal sudah satu setengah bulan saya isolasi mandiri di rumah; bahkan berobat ke dokter sampai tiga kali, namun saya merasa penyakit saya kali ini tidak juga kunjung sembuh, bahkan semakin memburuk.
Dibeberapa bagian tubuh saya mulai timbul ruam atau memar, mulut penuh dengan sariawan, napas pun mulai terasa berat sehingga sulit sekali untuk bernapas. Karena merasa curiga ada kelainan dari paru-paru saya maka tiga hari kemudian saya pergi ke dokter. Hasil pemeriksaan tidak terdapat pneumonia (radang paru-paru).
Karena keadaan saya tetap saja tidak membaik, saya kembali memeriksa diri ke klinik. Perawat yang melihat keadaan saya segera merujuk saya ke RS. Setibanya di UGD RS, saya diperiksa secara menyeluruh. Dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter memvonis saya menderita kanker darah.
Sebagai manusia saya tidak dapat menerimanya saat pertama kali mendengar vonis tersebut, karena saya tidak punya riwayat kanker dalam keluarga besar saya, selain itu saya juga sudah menjaga pola makan dan rajin berolahraga dengan menerapkan gaya hidup sehat.
Saat itu saya ditemani oleh gembala dan suami, hanya dapat terdiam lemas. Dokter belum dapat menentukan jenis kanker yang saya derita karena memang harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Siang itu, dokter memutuskan agar saya harus langsung di opname. Dokter menyarankan untuk segera ditangani dan kemoterapi, sebab apabila tidak akan berakibat fatal bagi hidup saya.
Selama di opname saya terus bergumul dan berdoa, saya tetap percaya bahwa ada mujizat Tuhan. Setelah tiga hari di rumah sakit, pada tanggal 24 November 2022, dokter menyuruh saya menandatangani surat untuk segera melakukan biopsi sumsum tulang belakang; guna mengetahui jenis kankernya.
Setelah bergumul akhirnya saya menandatangani surat tersebut. Sebagai manusia saya tidak dapat merubah suatu keadaan. Saya menerima apapun yang telah menjadi kehendak Tuhan atas kehidupan saya. Yang saya lakukan adalah menerima keputusannya Tuhan dan berdamai dengan diri saya sendiri.
Saya melihat ada penyertaan Tuhan ketika saya mulai berserah. Sekalipun saya menderita kanker leukemia, secara fisik tubuh saya tidak mengalami penurunan dan merasakan sakit dibanding dengan penderita leukemia lainnya. Dokter pun heran melihat kondisi fisik saya hingga mengatakan saya adalah special person.
Setelah dua hari kemudian hasil biopsi pun keluar dokter menyatakan bahwa saya menderita Acute Myeloid Leukemia (AML) atau Leukemia Myeloid Akut; jenis kanker darah dan sumsum tulang, yakni jaringan spons dalam tempat sel darah dibuat sehingga tidak dapat menghasilkan darah putih yang matang.
Mendengar penyataan dari dokter, saya sangat terkejut dan khawatir. Bagaimana bila sampai terjadi apa-apa dengan diri saya karena anak-anak saya masih kecil. Saya berusaha tidak ingin mencari tahu detail penyakit yang saya derita. Saya tidak ingin bertambah khawatir.
Fokus saya hanya membangun iman, berdoa dan merenungkan Firman serta menyembah Tuhan. Pada tanggal 25 November 2022 saya dipindahkan ke rumah sakit khusus kanker. Ketika menjalani proses kemoterapi, mulai saya mengalami rambut rontok dan merasa mual.
Setiap kali dokter bertanya: “apakah ada pertanyaan?” saya selalu menjawab: “kapan saya pulang?”. Akhirnya dokter memperkirakan bahwa saya dapat pulang sekitar bulan Januari 2023. Saya yang tidak merasakan sakit apa-apa menjadi bosan bila harus tinggal berlama-lama di RS. Sampai-sampai agar otot tubuh saya tidak menjadi kaku dan lemah, saya sering olah raga mengelilingi RS.
Pada tanggal 21 Desember 2022, saya kembali melakukan biopsi yang kedua, guna mengetahui apakah pengobatan yang diberikan berhasil atau tidak. Saya baru mendapatkan hasilnya di tanggal 26 Desember 2022 karena pada hari sebelumnya dokter yang bertugas sedang libur.
Dokter menghampiri saya dan berkata: “good news”, karena hasil biopsi yang kedua menunjukan sel kanker saya sudah tidak ada. Puji Tuhan, secara spontan saya berseru memuji Tuhan, dokter kembali menanyakan, “apakah ada pertanyaan?”. Saya menjawab: “kapan saya pulang?”. Dokter akhirnya mengijinkan saya pulang selesai biopsi ketiga di tanggal 27 Desember 2022.
Sekalipun hasil biopsi belum keluar, saya akhirnya diijinkan pulang. Pada tanggal 29 Desember 2022, appointment dokter yang pertama setelah keluar dari RS, dokter mengatakan bahwa saya harus di kemoterapi seumur hidup sekalipun sudah dinyatakan tidak diketemukan sel kanker, karena ia tidak mau mengambil resiko apabila penyakitnya timbul kembali.
Mendengar hal itu saya sangat terkejut dan menangis, saya berpikir untuk apa saya di kemoterapi lagi? Bukankah sudah tidak ada sel kanker pada hasil biopsi yang kedua. Saya tidak pernah mempelajari tentang kanker, saya pikir apabila sudah sembuh, pasti sembuh. Tetapi ternyata tidak seperti itu.
Setiap selesai kemoterapi saya merasakan tubuh saya lemah. Saya tidak ingin sepanjang hidup harus bergantung kepada orang lain. Saya mulai protes kepada Tuhan, saya berpikir lebih baik Tuhan memanggil saya pulang dari pada harus menyusahkan orang lain.
Saya memang telah berdamai dengan diri saya sendiri. Menerima kehendak Tuhan dengan tidak menyalahkan dan mempercayakan hidup saya kepada Tuhan. Saya tahu ada penyertaan Tuhan di dalam hidup saya.
Saya menangis histeris, merasa tidak ada lagi harapan. Saya menghubungi gembala serta teman saya yang pernah mengalami penyakit yang sama. Saya menceritakan bahwa saya harus melakukan kemoterapi seumur hidup. Saya katakan “untuk apa saya hidup. Lebih baik saya mati saja”.
Selesai didoakan dan dikuatkan oleh beberapa hamba Tuhan, saya akhirnya kembali tenang. Gembala saya berinisiatif mengadakan pertemuan dengan tim dokter. Gembala saya bertanya: "apakah masih percaya kepada mujizat?” Tetapi menurut medis tetap harus diberikan kemoterapi karena jenis kankernya tersebut.
Rencananya akan dilakukan 6 kali kemoterapi, setelah itu barulah cangkok sumsum tulang belakang. Cara itulah yang terbaik untuk pasien leukemia. Saya menyerahkan dan mempercayakan semuanya kepada penyertaan Tuhan.
Puji Tuhan, karena dokter melihat perkembangan yang bagus dari hasil pemeriksaan, akhirnya kemoterapi yang seharusnya dilakukan 6 kali cukup 2 kali. Dokter memberikan referensi untuk segera melakukan pencangkokan sumsum tulang belakang.
Semuanya berjalan dengan lancar. Dokter bagian pencangkokan langsung merespon sehingga semuanya dapat berjalan lebih cepat dari jadwal yang diperkirakan. Sehingga pada tanggal 26 April 2023 dilakukan pencangkokan sumsum tulang belakang dengan pendonor anak saya sendiri yang sudah berumur 18 tahun. Tuhan seperti sudah mengatur segala sesuatu tepat waktunya. Pencangkokan harus ada hubungan keluarga, itupun dilihat dari kecocokan darah.
Puji Tuhan setelah dilakukan pemeriksaan, saya dan anak mempunyai kecocokan. Namun sekali lagi iman saya diuji. Dua minggu sebelum hari pencangkokan, dokter yang menangani anak saya mengatakan bahwa darah anak saya bermasalah; artinya tidak dapat menjadi pendonor karena akan mengakibatkan hal yang fatal bagi orangtuanya.
Sampai akan dilakukan pemeriksaan darah ulang, sebab mungkin saja terjadi kesalahan. Terus terang, mendapat kabar seperti itu saya kembali merasa tertekan dan menangis, saya kembali komplain dan kecewa kepada Tuhan. Saya katakan “Tuhan, apakah tidak cukup sampai di sini saja, mengapa terus ada masalah baru?”
Saya jadi mengkhawatirkan anak, yang dikatakan dokter bahwa darahnya bermasalah. Jangan sampai anak sayapun menderita penyakit yang sama dengan saya. Dalam pengumulan saya berdoa berseru kepada Tuhan, meratap kepada-Nya, saya tidak tahu lagi harus bagaimana, tetapi ternyata Tuhan mampu membalikkan segala keadaan, apa yang tidak mungkin bagi manusia itu mungkin bagi Tuhan.
Setelah melakukan pemeriksaan ulang dokter mengatakan bahwa darah anak saya normal kembali, puji Tuhan, mujizat terjadi. Akhirnya pencangkokanpun berjalan dengan baik. Saat saya masuk RS, Tuhan katakan bahwa penyakit yang Tuhan ijinkan terjadi bukan untuk mendatangkan kematian, tetapi untuk mendatangkan kesaksian dan membawa kemuliaan bagi Tuhan. Saya terus memperkatakan janji Tuhan.
Puji Tuhan sampai hari ini saya sehat oleh karena janji dan mujizat Tuhan. Terlalu mudah bagi Tuhan untuk menyembuhkan segala penyakit termasuk kanker. Saya mengalami Tuhan secara pribadi, Tuhan yang sangat baik dan penuh dengan mujizat. Pengharapan kita di dalam Tuhan tidak pernah mengecewakan.
Melalui penyakit ini, Tuhan juga telah menyembuhkan jiwa dan karakter saya. Tuhan merubah paradigma saya, memulihkan hubungan saya dengan Tuhan. Saya kembali bergairah bersama Tuhan. Sekalipun secara fisik terasa lemah pasca pencangkokan namun secara roh, saya semakin dikuatkan. Pengharapan kita pasti akan menghasilkan sesuatu. Jangan pandang kepada apa yang kelihatan tetapi percaya dan yakinlah bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang hidup yang penuh dengan mujizat.
Shalom! Bagi Saudara sedang membutuhkan dukungan doa ataupun ingin memberikan kesaksian dan pengalaman tentang kebaikan Tuhan, silakan isi formulir di bawah ini. Tim Hotline kami akan segera melayani dan merespon Saudara. Tuhan Yesus Memberkati.
Form Permohonan Doa Form Kesaksian
We use cookies to enhance your experience. By continuing to visit this site, you agree to our use of cookies.