Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
Klik disini untuk materi selengkapnya...
Ruang Remaja
"Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air;
jadi undurlah sebelum perbantahan mulai."
Amsal 17:14
“Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”
Roma 12: 18
Ayat ini tidak menandakan kalau kita tidak boleh beradu argumen, tidak boleh menyampaikan isi hati, tidak diizinkan menyampaikan pendapat. Akan tetapi, waktu kita sadar bahwa akan ada adu mulut, perdebatan tiada akhir, bahkan parahnya akan meruncing kepada perpecahan, undurlah, karena kita tidak diajar oleh firman Tuhan untuk mem blow up masalah, tetapi meredam masalah. (MA).Ruang Keluarga
“Apakah saya perlu bekerja di kantor?”
“Apakah saya menyia-nyiakan kuliah saya jika saya tidak bekerja?”
“Apakah pendapatan suami saya cukup jika saya hanya tinggal di rumah menjadi Ibu Rumah Tangga penuh waktu?"
Pertanyaan-pertanyaan tersebut biasanya bukan cara terbaik untuk memutuskan apakah seorang isteri akan bekerja sepenuh waktu atau menjadi ibu sepenuh waktu. Penting untuk mengajukan pertanyaan yang tepat, yang akan menghasilkan keputusan yang mendatangkan kebaikan bagi seluruh keluarga. Sebaliknya pertanyaan yang salah; hanya berfokus pada diri sendiri tanpa mempedulikan orang-orang lain, akan menghasilkan keputusan yang merugikan seluruh keluarga.
Pertimbangkan beberapa hal berikut ini sebelum memutuskan apakah kita akan tetap berkarir di luar rumah ataukah akan berkarir di rumah.
1. Ambil Keputusan yang Mendukung Tercapainya Visi Keluarga
Sebuah pertanyaan yang perlu dipertanyakan kepada diri sendiri: "Yang mana kah yang paling baik untuk memungkinkan keluarga kita memenuhi visi kita bersama sebagai keluarga?"
Dengan kata lain, dengan mempertimbangkan apa yang sudah disepakati oleh seluruh keluarga sebagai visi 5, 10, atau 20 tahun mendatang. Pertimbangkan beberapa pilihan, menentukan mana yang terbaik, demi pemenuhan visi tersebut. Gunakanlah visi bersama itu sebagai kerangka untuk membantu mengambil keputusan-keputusan yang penting, termasuk berkaitan dengan karir ini.
2. Dapatkan Kesepakatan dan Dukungan dari Suami Kita
Membuat keputusan penting tanpa ada kesepakatan di antara suami dan isteri, apalagi jika keputusan tersebut membawa konsekuensi besar terhadap pekerjaan suami maupun keluarga dapat menyebabkan situasi yang rumit.
Keputusan yang berpotensi mengurangi fleksibilitas suami berkaitan dengan jam kerjanya, pergerakan suami melakukan perjalanan dinas, maupun dalam pilihan kariernya, pada gilirannya akan berdampak pada kariernya.
Memutuskan untuk berkarir di luar rumah tanpa mempertimbangkan dampaknya bagi suami, adalah sebuah keteledoran yang membahayakan bahtera rumah tangga dan keluarga.
Seorang isteri yang akan memutuskan untuk berkarir di luar rumah dengan jam kerja yang tidak flexible perlu mempertimbangkan beberapa hal dibawah ini:
Berapa tepatnya jumlah keuntungan secara keuangan yang bisa didapatkan dari pekerjaan ini dan apakah ada potensi negatifnya terhadap penghasilan suami? Buatlah pembandingan antara kedua hal tersebut untuk mendapati; seberapa layaknya bagi kita untuk mengambil pekerjaan tersebut.
Seberapa besar kebutuhan keuangan rumah tangga akan tambahan penghasilan, dan demi apa kah tambahan tersebut; untuk hal-hal yang primer atau yang sekunder?
Seberapa jauh pengaruh jam kerja suami dan isteri berpengaruh kepada ketersediaan waktu bagi komunikasi onsite dalam internal keluarga?
Seberapa jauh tekanan emosional akibat pekerjaan suami dan isteri terhadap suasana didalam rumah? Tekanan emosional suami dan isteri yang besar akan berakumulasi dan menghasilkan ketegangan yang merusak atmosfer dalam rumah. Anak-anak bukannya merasa senang manakala kedua orang tuanya pulang kerumah dari pekerjaan mereka masing-masing.
Apakah kita sudah mempunyai konsep dalam mengatur pengasuhan dan pendidikan anak yang benar-benar premium (terbaik) selama kedua orang tuanya tidak ada dirumah?
Anak-anak perlu memperoleh kesan bahwa kehidupan mereka adalah prioritas utama bagi orang tua mereka.
Menyadari keterbatasan kita, tanpa ada ambisi untuk berupaya bisa melakukan semua hal, membantu kita melihat apa yang tidak bisa kita lakukan sehingga kita tidak menetapkan standar yang terlalu tinggi bagi diri kita sendiri maupun orang lain. Hal ini juga membantu kita untuk menghargai apa yang bisa kita lakukan, dan menggunakan dengan optimal dari apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Hal ini memberikan damai sejahtera dan sukacita yang besar, suatu hadiah yang indah yang dapat kita berikan kepada anak-anak kita. (TB)
Ruang Kesaksian
"Bersukacitalah dalam pengharapan,
sabarlah dalam kesesakan,
dan bertekunlah dalam doa!"
Roma 12:12
Shalom,
Nama saya Rudy Agung Ristanto melayani di GBI Trans, dan menjadi pengurus COOL di Rayon 2 Bandung.
Saya ingin menyaksikan tentang pertolongan dan mujizat Tuhan yang luar biasa di dalam keluarga saya. Saya memiliki 2 orang anak, yang pertama bernama Naftali dan yang kedua bernama Yefta. Yang ingin saya saksikan adalah mujizat yang dialami oleh Yefta yang mengalami sakit pada bulan November 2017. Saat itu Yefta masih duduk di kelas 3 SMP dan akan masuk masa ujian di sekolahnya, namun tiba-tiba saja saat itu Yefta mengalami otot lemas pada tangannya.
Saya memutuskan untuk memeriksakan Yefta ke dokter. Dokter mengatakan Yefta hanya kelelahan dan memberikannya vitamin. Namun kesemutan itu tidak juga reda, bahkan kemudian bukan hanya di tangan, tetapi menjalar ke kaki sampai keseluruh tubuh dan berlangsung selama 1 minggu lamanya. Saat itu saya hanya berpikir mungkin karena kedinginan sehabis berenang dan naik ojek onlne.
Kemudian saya membawa dia berobat ke dokter yang lain untuk pengecekan lebih lanjut. Setelah dokter melihat kondisi Yefta, beliau menjelaskan dengan memperlihatkan keterangan yang ada di HP dokter tersebut, bahwa penyakit yang dialami anak saya adalah GBS (Guillain Barre Syndrome), yaitu sejenis auto imun. Ketika saya membaca mengenai penyakit ini saya merasa kaki saya lemas, sedih, takut dan kuatir dengan masa depan anak saya. Dengan hari-hari yang akan dia lalui. Istri saya yang juga ikut membaca penjelasan tersebut hanya terdiam dan bingung.
Dokter menyampaikan kepada kami bahwa kami terlambat membawa anak kami berobat, seharusnya kami membawa Yefta seminggu yang lalu. Dokter menjelaskan bahwa untuk 1 minggu ke depan anak kami Yefta akan mengalami kelumpuhan, akan dimulai dari telapak kaki, ke bagian lutut, lalu kepaha sampai ke atas yaitu bagian tangan. GBS adalah penyakit di mana imun tubuh yang seharusnya menjadi pelindung malah menyerang sistem saraf tubuh atau bahasa kedokterannya adalah auto imun. Mendengar penjelasan dokter tersebut, kami sangat sedih dengan apa yang menimpa anak kami.
Dokter memberitahukan mengenai proses perawatan tersebut di mana darah Yefta dan sumsum tulang belakangnya akan diambil untuk diobservasi. Dokter juga menyampaikan mengenai besarnya biaya pengobatan yang harus kami siapkan berkisar antara 400-500 juta rupiah dan pengobatan akan terus berlanjut. Mendengar apa yang dikatakan oleh dokter, kami berdua langsung lemas, dari mana kami bisa mendapatkan uang sebanyak itu?
Dalam perjalanan pulang, saya, istri dan kedua anak kami merasa sangat tidak berdaya, kami hanya bisa menangis dan berdoa, bahkan setibanya kami di rumah semalam-malaman kami hanya bisa menangis serta berharap kepada Tuhan.
Apa yang dikatakan oleh dokter mengenai apa yang akan dialami Yefta benar terjadi. Tidak berapa lama, Yefta mulai tidak kuat berjalan dan tidak lama kemudian ia tidak bisa berjalan sama sekali karena kelumpuhan itu sudah sampai ke tubuh bagian atas. Untuk memegang atau menggenggam pensil saja sudah tidak bisa. Bahkan Yefta menyampaikan kepada saya kalau dia sudah mulai sulit untuk bernapas. Sampai pada di satu titik anak saya benar-benar hanya bisa berbaring saja, untuk balik badan kiri ataupun kanan sudah tidak bisa.
Hampir setiap hari saya urapi Yefta, mengajaknya untuk berdoa. Saya pun mencari lebih banyak informasi mengenai penyakit GBS ini, dijelaskan bahwa kalau sudah sampai menyerang pernapasan dan tidak di beri alat bantu pernapasan/ventilator, penderita bisa meninggal. Penjelasan lain yang saya peroleh adalah kalaupun sembuh, kondisinya tidak akan sempurna seperti sedia kala, akan ada bagian tubuh yang lumpuh dan dibutuhkan terapi rutin hingga 2 tahun.
Dari kejadian ini, kami sekeluarga terus berdoa dan minta mujizat dari Tuhan Yesus. Saya teringat Firman Tuhan di dalam Matius 17:20 berkata bahwa sekiranya kita punya iman sebesar biji sesawi saja, maka kita dapat memindahkan gunung. Dalam keadaan seperti ini ada pertanyaan yang timbul di dalam hati saya kepada Tuhan, mengapa bisa seperti ini? Saya teringat waktu mereka masih kecil setiap kali saya dan istri mau pergi untuk pelayanan baik itu doa maupun COOL, saya pasti mengunci anak saya di dalam rumah. Sampai saya merasa kurang dekat dengan anak, bahkan waktu saya juga kurang buat mereka sehingga sekarang anak saya harus mengalami penyakit ini.
Akhirnya saya memutuskan untuk berdoa selama 3 hari. Pagi, siang, dan sore saya membaca Firman Tuhan. Saya ingat cerita tentang Ayub, anaknya mati bahkan hartanya habis, namun Ayub bisa menerima. Sayapun berusaha menyesuaikan diri untuk dapat menerima apa yang terjadi dalam keluarga kami; secara khusus terhadap Yefta. Saya masih terus bertanya, kenapa hal ini bisa menimpa keluarga kami. Dokter sempat mengatakan kalau penyakit ini langka, hanya 1:54000, jadi saya berpikir kenapa bisa?
Di hari ketiga saya berdoa dan berkata kepada Tuhan kalau saya tidak punya uang. Tetapi entah kenapa saat itu saya bersyukur dengan keadaan saya dan saya berpikir jika saya mempunyai uang, saya bisa membawa anak saya berobat, dan ceritanya pasti akan berbeda. Kenapa berbeda? Karena waktu saya mengalami ini saya mengerti mengenai perjalanan rohani saya bersama Tuhan. Melalui kejadian ini saya hanya bisa berdoa dengan sungguh hati karena hanya mengandalkan Tuhan saja dan tidak ada yang lain. Saya berseru dan setengah memaksa kepada Tuhan meminta kesembuhan atas hidup Yefta.
Selama 3 hari berjalan saya membaca banyak kesaksian mengenai orang-orang yang mengalami penyakit GBS ini, yang dimulai dari tahun 2017 lalu mundur ke tahun 1996. Ternyata penyakit GBS ini di tahun 1996 menyerang orang dewasa namun beberapa tahun belakangan ini menyerang anak-anak yang usianya 8 atau 9 tahun. Banyak juga kejadian orang-orang harus menggadaikan sertifikat rumah dan ada juga yang ditipu karena perawatan untuk kesembuhan penyakit ini membutuhkan uang yang banyak, apa lagi beberapa tahun belakangan ini belum ada kepastian medis.
Kemudian dokter menyampaikan kepada saya untuk menyiapkan biaya yang diperlukan, karena ada 1 jenis obat yang harus disuntikan, harganya 1 juta rupiah/ml, sedangkan untuk 1 harinya harinya Yefta membutuhkan 5 ml. Berarti untuk biaya obat 1 hari saya membutuhkan 5 juta, belum lagi alat-alat yang lainnya. Namun saya tidak bisa berhenti di titik itu saja, karena pengobatannya membutuhkan waktu yang panjang hingga masuk ke tahap terapi.
Setelah mendengar penyampaian dokter tersebut, tiba-tiba ditelinga saya seperti ada suara yang menyebutkan "kefir". Kembali saya membaca kesaksian orang-orang yang mengalami GBS ini mulai dari tahun 2017 ke tahun 1996. Saat sedang membaca, ada satu pernyataan yang berkata, jangan khawatir GBS bisa disembuhkan. Hal itu membuat saya merasa kuat. Akhirnya saya menemukan kefir tersebut. Saat membeli kefir, saya bertanya apakah benar ini untuk penyakit GBS dan orang itu menjawab tidak tahu, malah dia berkata kalau kefir ini sudah ada sejak 6 bulan yang lalu, tetapi tidak ada seorang pun yang membelinya. Tetapi saya tetap membeli kefir itu karena saya percaya ini adalah tuntunan dari Tuhan.
Walaupun Yefta akan mengkonsumsi kefir, tetapi kami tetap berdoa dan mengandalkan Tuhan. Sebelum anak saya mulai minum kefir, saya berkata kepada Yefta, “Kamu sudah tahukan penyakit GBS ini bisa mengakibatkan kematian?” Yefta menjawab, "Iya Papi." Saya juga bertanya kalau sampai dipanggil Tuhan apakah Yefta siap? Lagi jawab Yefta: “Iya Papi, siap.” Memang keadaan keluarga kami sehari-hari hanya mengandalkan Tuhan dan mujizat-Nya.
Seiring berjalannya, waktu pada bulan Februari 2019, Yefta yang biasanya dibasuh dan gosok gigi bersama maminya di kamar tiba-tiba tidak ada di kamar. Istri saya memanggil saya dengan suara yang lantang dan bertanya di mana Yefta? Saat itu saya langsung ke kamar dan berlari ke bawah untuk mencari anak saya, ternyata anak saya sudah bisa bangun dan gosok gigi sendiri di kamar mandi.
Ajaib sungguh ajaib Tuhan Yesus. Saat itu saya sangat mengucap syukur karena Tuhan begitu luar biasa dan betapa Tuhan Yesus baik, karena untuk orang yang mengalami penyakit ini untuk melangkah saja sangat susah bahkan dibutuhkan waktu selama 2 tahun untuk terapi jalan setelah pengobatan. Tetapi Yefta bisa sembuh dalam waktu yang sangat singkat. Tuhan sungguh sangat baik, Haleluya!
Ketika kita sungguh-sungguh percaya dan mengandalkan Tuhan, itu adalah kunci mujizat dalam kehidupan kita. Tuhan Yesus itu adalah Tuhan yang penuh kuasa dan ajaib. Dialah penyembuh, dan Sang Tabib yang ajaib. Amin.
Shalom! Bagi Saudara sedang membutuhkan dukungan doa ataupun ingin memberikan kesaksian dan pengalaman tentang kebaikan Tuhan, silakan isi formulir di bawah ini. Tim Hotline kami akan segera melayani dan merespon Saudara. Tuhan Yesus Memberkati.
Form Permohonan Doa Form Kesaksian
We use cookies to enhance your experience. By continuing to visit this site, you agree to our use of cookies.