Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
https://hmministry.id/userfiles/vopArticle/
YesusTeladanIntegritasdalamPerbuatan.pdf
Ruang Remaja
"Sebab kehendak-Ku bukanlah kehendakmu dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN"
Yesaya 55:8
Kita sering kali berpikir bahwa melakukan hal yang baik akan selalu mendapatkan hasil yang baik juga. Namun, kisah Uza (1 Tawarikh 13:1-14) dalam Alkitab membuktikan bahwa hal tersebut tidak selalu terjadi. Uza, yang dengan hati tulus ingin menyelamatkan tabut Allah yang hampir jatuh saat kereta yang mengangkutnya tergelincir, justru diperlakukan dengan 'tidak adil' dan mati karena Allah murka kepadanya.
Muncul pertanyaan, di mana letak kesalahan Uza? Bukankah tindakannya adalah sesuatu yang mulia dan dengan hati yang tulus? Namun, jika kita melihat dari sisi lain, apa yang Uza lakukan tidaklah benar. Hanya para imam dari kaum Lewi yang boleh mengangkat tabut Allah, dan Uza bukanlah seorang imam. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua tindakan yang dianggap baik oleh manusia, dianggap benar menurut Tuhan.
Dalam banyak peristiwa, kita sering kali berinisiatif melakukan ini dan itu, tanpa terlebih dahulu meminta petunjuk dari Tuhan. Kita mungkin berpikir bahwa kita sudah melakukan yang terbaik, namun hasilnya tidak selalu seperti yang kita harapkan. Kadang-kadang kita bahkan menyalahkan Tuhan dan merasa kecewa atas apa yang terjadi.
Kisah Uza mengajarkan kita untuk selalu belajar mengerti kehendak Tuhan. Kita perlu meminta petunjuk dari-Nya sebelum melakukan sesuatu. Apa yang menurut kita baik, belum tentu benar menurut Tuhan. Begitu pula, apa yang menurut kita benar, belum tentu juga sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita perlu memperhatikan dan mendengarkan suara hati kita yang mengatakan bahwa kita seharusnya meminta petunjuk dari Tuhan.
Sebelum bertindak, ada baiknya kita 'konsultasikan' terlebih dahulu dengan Tuhan. Kita harus melakukan apa yang Tuhan mau kita lakukan, bukan apa yang kita inginkan. Dengan begitu, kita dapat memastikan bahwa setiap tindakan yang kita lakukan sesuai dengan kehendak Tuhan dan akan diberkati oleh-Nya. Kita akan merasa tenang dan percaya diri karena kita tahu bahwa kita berada di jalan yang benar.
Belajar untuk mengerti kehendak Tuhan dan melakukan apa yang Dia inginkan untuk kita lakukan, akan membawa damai dan merasa senang. Kita tidak perlu khawatir atau kecewa, karena Tuhan selalu menuntun kita di setiap langkah kehidupan kita. Amin. (MA)
"Discernment is not knowing the difference between right and wrong.
It is knowing the diffrence between right and almost right."
Charles Spurgeon
Ruang Kesehatan
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya,sebab Ia yang memelihara kamu."
1 Petrus 5:7
Kita sudah melewati satu caturwulan pertama di tahun 2023. Apa kabar Saudara? Apakah masih stick true to New Year’s Resolution nya? Ataukah sudah mulai kendor dalam semua komitmen, entah itu dalam hidup sehat dan olahraga setiap hari? Atau niat menghabiskan Alkitab paling tidak satu kali dalam tahun ini? Apakah masih bersaat teduh?
Bisa jadi juga sebagian dari kita berkata: tidak sempat lagi, aktivitas sangat padat, apalagi pandemi COVID-19 sudah dicabut status kedaruratannya oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO pada 5 Mei 2023. Banyak yang lain juga mulai mengalami banyak tekanan dan sedang mengalami stres hari-hari ini.
Hans Selye dalam The Stress of Life tahun 1956 mendefinisikan stres sebagai "respon tidak spesifik tubuh terhadap rangsangan bahaya". Sedangkan pada tahun 1967, Holmes dan Rahe mendefinisikan stres sebagai pengaturan (adjustment) atau penyesuaian diri (adaptation) yang dibutuhkan terhadap perubahan yang besar atau kejadian hidup yang besar. Di tahun sebelumnya, Lazarus mengembangkan dan menguji teori berjudul Transactional Theory of Stress and Coping (TTSC). Pada teori tersebut, stres dinyatakan tidak terjadi pada suatu keiadian (event) namun merupakan hasil transaksi antara seseorang dengan lingkungannya, sehingga fenomena stres merupakan serial fenomena yang subjektif, mencakup penilaian (appraisal) kognitif (ancaman, bahaya, atau tantangan), emosi stres, respon koping, dan reappraisal.
Stres merangsang hipofisis anterior di otak untuk merilis hormon adrenokortikotropik (ACTH). ACTH sendiri atau bersama-sama dengan hormon lain akan merangsang keleniar adrenal untuk merilis hormon kortikoid, yakni mineralokortikoid dan glukokortikoid.
Glukokortikoid utama dari tubuh manusia yakni kortisol akan menimbulkan berbagai dampak stres pada tubuh meliputi dampak metabolik, imunologi, kardiovaskular, afektif, kognitif, dan perilaku. Dampak stres dapat berupa depresi dan kecemasan.
Depresi ditandai dengan suasana hati yang menurun, rasa kurang tenaga, kesedihan, insomnia, dan ketidakmampuan untuk menikmati hidup. Beberapa gejala yang berhubungan dengan kecemasan adalah kelelahan, rasa tidak pernah isirahat, rasa lekas marah, gangguan tidur, gangguan konsentrasi dan memori, serta meningkatnya tonus otot.
Alkitab katakan,
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”
1 Petrus 5:7
Jadi kita perlu belajar untuk selalu percaya sepenuhnya dengan TUHAN YESUS sekali lagi. Karena Dia dekat dan tidak pernah meninggalkan kita, Dia peduli terhadap semua pergumulan kita. AMEN. (HW)
Ruang Kesaksian
“Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata:
"Penyakit itu tidak akan membawa kematian,
tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah,
sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan".
Yohanes 11:4
Ayat di atas sungguh menjadi nyata dalam hidup saya. Nama saya Sherly Widjaja. Saya sudah menikah dan dikaruniai seorang putri yang cantik. Saat ini saya berjemaat di St. Moritz. CK 7. Saya ingin berbagi kisah dimana Tuhan sudah menolong saya dengan kebaikan-Nya dan memberikan saya kesembuhan.
Selama pandemi saya merasakan gejala seperti sakit maag, yaitu kembung, bersendawa dan mohon maaf mengeluarkan gas. Puncak daripada gejala itu berawal pada tanggal 10 Mei 2021, saya mengalami sakit perut. Ketika itu saya lemas dan sekujur tubuh saya berkeringat dingin. Bahkan bergerak saja susah. Jika malam hari saya hanya bisa duduk menahan rasa sakit dan selama beberapa hari saya tidak bisa tidur karena sakit.
Pada akhirnya saya putuskan untuk berobat ke dokter. Hasil dari pemeriksaan MRI ditemukan adanya tumor sebesar 7x12 cm yang menempel di sisi usus besar. Saat mendengar hal ini saya pun kaget, karena tidak menyangka akan ada tumor. Rasa takut dan saya putus asa mulai menyelimuti saya. Esok harinya saya segera berkonsultasi ke dokter dan dijadwalkan 2 hari kemudian untuk tindakan Pet-CT scan. Hasilnya menyatakan bahwa saya mengidap kanker stadium 4 dan sudah menyebar ke bagian usus, lever dan juga rahim.
Saya mendengar kabar ini bagai petir di siang bolong. Merasakan ketakutan, kesedihan, dan kekhawatiran yang bercampur aduk menjadi satu. Mengapa saya harus mengalaminya? Apakah saya bisa sembuh? Apakah mujizat itu masih ada?
Singkat cerita pada tanggal 30 Mei 2021, saya menjalani tindakan operasi besar yaitu operasi bedah digestif. Pemotongan usus besar sepanjang 20-40 cm dan hasil sample dari pada tumor diperiksa ke laboratorium selama 2 minggu. Hasilnya saya divonis kanker stadium 4 berjenis Liposarcoma.
Mendengar vonis dokter ketika saya sudah ada distadium akhir, saya putus ada dan bayang-bayang kematian yang selalu ada dipikiran saya. Saya memutuskan untuk bergabung dengan komunitas. Saya mendapat dukungan doa dari teman-teman pelayanan, yaitu dari : COOL (Community of Love), WOI (Woman Of Integrity) dan juga dari rekan-rekan pendoa dari gereja. Sungguh saya merasakan kehadiran dan dukungan dari mereka menguatkan saya dan saya merasa saya tidak sendirian. Kata-kata penyemangat dari teman-teman membuat iman saya terus bangkit. Saya terus didukung dalam doa dan mereka tidak putus-putusnya mendoakan saya melalui video call atau pun whattsap call.
Awalnya saya bersikeras tidak mau kemoterapi, karena saya berpikir apakah saya masih bisa hidup atau tidak. Apakah kemoterapi bisa membantu saya sembuh atau tidak. Tetapi dokter memaksa saya untuk segera menentukan tanggal kemo secepatnya, sebelum saya keluar dari ruang konsultasi. Saya berdebat dengan dokter karena saya mengatakan saya akan berdoa dulu dan setelah itu baru memutuskan apakah mau kemoterapi atau tidak. Dokter menjawab,
"Ibu boleh doa, siapa yang melarang? Tapi tolong tentukan tanggal kemoterapinya".
Akhirnya saya memutuskan tanggal untuk kemoterapinya. Suami saya minta untuk MRI ulang lagi. Saya membantah karena saya pikir belum lama sudah MRI dan Pet CT scan. Kenapa harus MRI lagi dan tumornya pun sudah dibuang. Saya berpikir masalahnya sudah selesai dan tinggal kemoterapi saja. Tetapi suami saya tetap meminta saya untuk MRI ulang.
Dan benar saja, hasil MRI menunjukkan tumor yang sudah dipotong ternyata masih ada beberapa bagian yang tumbuh lagi, tumor yang kecil-kecil. Karena tumor ini sangat agresif maka saya diminta untuk segera melakukan kemoterapi. Akhirnya saya berdoa minta Tuhan tolong saya dan bantu sertai saya selama proses kemoterapi tersebut.
Dokter mengatakan bahwa kanker yang saya alami termasuk langka. Sekalipun saya menjalani kemoterapi, ini tidak tepat sasaran. Mendengar hal ini saya kembali down, putus asa. Saat itu yang terlintas dipikiran saya hanya ada kematian.
Di awal kemoterapi pun saya mengalami puluhan kali diare, bahkan tidur pun tidak nyenyak. Lemas, mual dan susah makan, mulut tidak enak dan tulang belakang sakit sekali. Belum lagi pernah demam, menggigil dan sempat tepapar COVID-19 juga.
Pada saat kemo ke-6, dokter mengatakan saya harus operasi lagi. Karena tujuan kemoterapi mengecilkan kanker dan setelah mengecil akan dipotong lewat operasi lagi. Tetapi pada kemo ke 5 saya mau menyerah, karena tubuh sakit sekali. Namun Tuhan berbicara saat saya sedang penyembahan, Tuhan sendiri yang akan mengoperasi saya. Dan ketika selesai kemo ke-6, saat dokter bilang operasi, saya menolak. Karena Tuhan bilang, “tidak operasi”. Dokter mengatakan "Ibu mau ambil resikonya?" Saya jawab "iya". Sekali lagi dokter katakan "Ok. Kalau ibu mau ya kita lanjutkan sampai dengan kemotrapi ke-12".
Setelah selesai kemotrapi ke- 12, saya kembali Pet-CT scan untuk melihat apakah kanker masih ada atau tidak. Ketika hasil Pet-CT scan keluar, tidak ada lagi kanker di tubuh saya. Mendengar hal ini, saya ingin menangis, rasa bersyukur kepada Tuhan, bahwa janji Tuhan ya dan amin. Ketika Tuhan sudah mengatakan tidak usah operasi dan bagian saya adalah percaya penuh akan janji Tuhan dan Tuhan sudah menggenapinya.
Dokter menyarankan saya untuk maintenance saja supaya kanker benar-benar clear, sehingga saya harus menjalani 1 siklus lagi 12 kali kemotrapi. Karena saat kemotrapi itu saya pernah kena COVID-19 jadi tambah 2 kali kemoterapi. Jadi total 26 kali kemoterapi.
Selama menjalani proses kemoterapi sampai dengan ke 26 kali, Tuhan banyak mengajar saya tentang iman percaya. Ketika saya lemah, Tuhan seringkali berbicara lewat doa doa saya. Saya menjalankan kemotrapi ini sebagai proses dari Tuhan untuk semakin intim dan bersandar hanya kepada Dia. Karena Tuhan sudah berjanji penyakit ini tidak akan membawa kematian tetapi akan menyatakan kuasa kemuliaan-Nya. Nama Tuhan akan dimuliakan. Saya selalu perkatakan apa yang Tuhan telah janjikan. Karena kita ini anak , kita berhak menerima janji-janji Allah.
Setelah selesai kemoterapi pada bulan Mei 2022, Saya kembali melakukan Pet-CT scan dan puji Tuhan hasilnya bersih. Bulan September 2022, kembali MRI diperut dan hasilnya bersih. Tidak ada kanker. Bulan Desember 2022, dilakukan Pet- CT scan hasilnya tetap clear. Maret awal 2023 kembali dilakukan MRI hasilnya tetap clear. Tetapi ada kista di bagian lever ukurannya yang jauh mengecil, dan setelah kemoterapi bisa mengecil sendiri.
Dokter menjelaskan bahwa ini di luar dari prediksi. Oleh dokter hasil tindakan saya dibawa ke tumor board, yang akan dibahas pada rapat tim dokter di sebuah Rumah Sakit di daerah Semanggi. Puji Tuhan, tumor board menyatakan kondisi saya bagus dan aman.
Saya sangat bersyukur kepada Tuhan Yesus. Mujizat-Nya masih ada untuk saya. Saya percaya dalam semuanya ini adalah campur tangan Tuhan. Tuhan mengendalikan setiap tindakan yang dilakukan oleh dokter dengan cara-Nya yang ajaib. Saya hanya belajar berserah, percaya dan sungguh-sungguh melakukan bagian saya. Saya diberi umur yang panjang dan tubuh yang sehat karena Tuhan Yesus yang sangat dahsyat. Biar segala kemuliaan hanya bagi Dia. Dan biarlah kesaksian ini bisa memberkati kita semua. Kalau saya bisa sembuh, pasti setiap orang percaya akan menerima kesembuhan juga. Terimakasih dan Tuhan Yesus memberkati.
We use cookies to enhance your experience. By continuing to visit this site, you agree to our use of cookies.