Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
Klik disini untuk materi selengkapnya...
Ruang Remaja
"Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang,
oleh Dia yang telah mengasihi kita."
Roma 8:37
Jean Dominique Bauby adalah pemimpin redaksi majalah Perancis 'Elle'. Tahun 1996, ia meninggal pada usia 45 tahun setelah menyelesaikan buku biografinya yang diberi judul: "The Bubble and the Butterfly."
Tahun 1995, Jean terkena penyakit bernama locked in syndrome, sindrom yang menyebabkannya lumpuh total. la masih bisa berpikir jernih, namun tidak bisa bergerak dan berbicara. Seluruh ototnya tak bertungsi, hanya otot kelopok mata saja yang masih bisa diperintahkannya.
Jadi, dengan itulah ia berkomunikasi dengan orang lain. Bahkan dengan kedipan mata, ia menyelesaikan bukunya. Ya, orang menunjukkan huruf demi huruf, maka ia akan mengedipkan mata untuk huruf yang dipilihnya. Begitulah sampai buku tersebut selesai.
Dalam bukunya, ia menulis, "Aku akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini, ika aku bisa menelan ludah saja." Bisakah Anda bayangkan? Dalam kelumpuhannya, Jean juga masih bisa mendirikan asosiasi locked in syndrome, untuk membantu keluarga penderitanya. la juga menjadi bintang film untuk film yang menceritakan kisah hidupnya.
Kita saat mengalami masalah pun tidak sampai mengalami beban seberat Jean, bukan? Kita masih bisa menelan ludah, masih bisa menyantap makanan apapun, masih bisa bepergian dengan kaki yang normal dan seterusnya.
Di PHK, dihujani deadline bertubi-tubi, ditinggalkan oleh pasangan selamanya, mendengar vonis dokter tentang sebuah penyakit, dipusingkan dengan berbagai rekening yang tidak tahu bagaimana membayarnya, itu semua seakan tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Jean.
Sobat Warta, saya tidak bermaksud meremehkan persoalan dan tantangan yang sedang Anda hadapi, akan tetapi pointnya adalah kalau Jean tidak mengeluh, mau bangkit menatap hidup, bukankah sudah semestinya kita pun mampu melakukannya juga?
Mari berhenti menjadi whiner, pengeluh abadi dan berubah menjadi winner, pemenang atas kehidupan. Lagipula semua orang yang hidup pasti tak akan lepas dari yang namanya problem. So, stop membandingkan diri, stop menilai hidup sendiri lebih malang, lebih tidak beruntung. Tapi kuatlah bersama Tuhan. (MA)
Dunia Kita
Intan adalah bahan alami paling keras yang dapat ditemukan di bumi.
Tahukah kamu, mengapa intan sangat kuat dan keras? Berikut adalah penjelasannya!
Dilansir dari Geoscience LibreTexts, intan sangat keras karena ikatan kovalen yang kuat antar atom karbonnya. Seperti yang kita ketahui, intan atau berlian terbuat dari kumpulan atom karbon seperti grafit dan arang.
Namun berbeda dengan grafit dan arang, intan sangatlah kuat dan keras. Hal tersebut karena susunan atom karbonnya. Dilansir dari Chemistry LibreTexts, pada intan setiap atom karbon berbagai elektron dengan empat karbon lainnya membentuk empat ikatan kovalen tunggal. Setiap atom karbon terus berikatan dengan empat atom karbon lainnya, sehingga membentuk struktur tiga dimensi. Ikatan kovalen karbon tersebut sangatlah kuat, membuat atom-atom di dalam intan saling tarik-menarik dengan sangat kuat.
APA KATA ALKITAB MENENAI BATU INTAN ?
Seperti batu intan, yang lebih keras dari pada batu Kuteguhkan hatimu;
janganlah takut kepada mereka dan janganlah gentar melihat mukanya,
sebab mereka adalah kaum pemberontak."
Yehezkiel 3:9
Banyak di antara kita gagal menjadi pelaku Firman karena kita tidak memiliki keteguhan hati. Kita sering terbawa arus pergaulan, ikut-ikutan teman dan menjadi “pemberontak”, sesuatu yang sangat tidak Allah inginkan dari kita. Hal-hal yang dapat mengakibatkan dosa. Kita tinggal di dalam dunia yang berada di bawah kuasa si jahat. (1Yohanes 5:19)
Setiap saat godaan mengintai kita maka,
"SANGAT PENTING BAGI ANAK-ANAK ALLAH MEMILIKI HATI SETEGUH INTAN;
UNTUK ITU, KITA HARUS MENJAGA DAN MEMELIHARA
HUBUNGAN YANG INTIM DENGAN ALLAH."
(LY)
Ruang Kesaksian
"Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata:
”Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.”
Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu..”
Matius 9:22 TB
Perkenalkan nama saya Ryan Pradana, lahir dari orangtua yang berlatar belakang keyakinan yang berbeda. Puji Tuhan, sejak duduk di bangku SMP ibu saya telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, kini ia aktif melayani di Purwokerto dalam tim misi penginjiilan.
Saya melayani sebagai pengerja sepenuh waktu di bawah pembinaan Pdt. DR. Ir Niko Njotorahardjo, (GBI Mega Bekasi, Rayon 18). Dalam kesempatan ini, saya ingin menyaksikan kebaikan dan pertolongan Tuhan atas keluarga kami.
Saya dan istri (Asih Wahyuni) dikarunai dengan tiga orang anak. Pada bulan Oktober 2019, saya mendapat kabar bahwa Jesslyn anak kedua kami yang sejak tahun 2017 tinggal bersama neneknya di Purwokerto mengalami sakit demam dan tidak kunjung turun. Keadaannya makin hari semakin memburuk, perutnya membesar, tumbuh benjolan di bagian kepala, leher dan ketiak serta bagian tubuh lainnya.
Orang tua kami membawanya ke puskesmas dan diopname selama semalam. Berhubung hasil pemeriksaan laboratoriumnya drop semua, dokter merujuk Jesslyn ke rumah sakit yang memiliki alat medis dan pengobatan yang lebih memadai. Diagnosa awal mengarah ke Anemia Aplastik yaitu kerusakan tulang sumsum belakang. Dalam perawatan di rumah sakit ini, Jesslyn mendapat beberapa kali tranfusi PRC (darah merah) dan TC (trombosit).
Setelah seminggu diopname dan menerima tranfusi, keadaannya masih sama. Untuk penanganan medis yang lebih lengkap dokter merujuk ke beberapa rumah sakit di daerah Sleman, Bandung dan Jakarta. Akhirnya kami memutuskan untuk mengambil rujukan di rumah sakit daerah Jakarta.
Pada bulan September 2019, Jesslyn mulai menjalani pemeriksaan BMP (bone marrow puncture) yang dikenal sebagai aspirasi sumsum tulang dan untuk menjaga kondisinya tetap stabil, ia juga diberikan tranfusi berupa PRC dan TC. Kami terus berdoa memohon kepada Tuhan agar diagnosa yang keluar bukan Anemia Aplastik maupun penyakit berbahaya lainnya.
Hasil pemeriksaan dokter pada bulan November 2019, membuat kami sekeluarga menjadi down, anak kami telah divonis mengidap penyakit Leukemia Akut. Kami bertanya: “Kenapa bisa terjadi penyakit seperti ini?”, dokter menjawab: "Ada tiga kemungkinan yang memicu penyakit seperti ini, yaitu faktor keturunan, terpapar zat kimia dan dari makanan. Namun tidak ada satu pun keluarga besar kami yang ada riwayat penyakit itu, begitu pula untuk paparan zat kimia dan kemungkinan sangat kecil terjadi karena di kediaman orang tua kami masih sangat alami dan serba organik.
Kami merasa kuatir atas keputusan dokter untuk memberikan kemo kepada anak kami karena efek samping dari kemo bukan hanya dapat membunuh sel blast (kanker) tetapi juga dapat merusak sel baik yang ada. Namun kami tetap harus kuat dan berpikir jauh ke depan, terlebih lagi saat itu kami belum ada asuransi apapun termasuk BPJS, secara manusia kami sangat stress.
Saya segera mengurus BPJS dan bagi tugas dengan istri untuk mengurus kedua anak kami di rumah dan Jesslyn yang masih dalam perawatan di IGD. Pada bulan Desember 2019 menjelang Natal, Jesslyn diperbolehkan untuk pulang dengan mengunakan bantuan BPJS. Kemoterapi yang terus diberikan sebanyak tiga kali dalam seminggu membuat keadaan Jesslyn menjadi tidak dapat berjalan lagi sampai menggunakani kursi roda bahkan rambutnya pun sudah rontok. Melihat hal itu, sebagai orang tua perasaan kami begitu hancur.
Saya bersyukur mempunyai kakak rohani Ps. Yunus, yang selalu mengingatkan dan menguatkan saya bahwa “Tuhan Yesus baik serta rancangan-Nya tidak pernah gagal, saya tidak boleh berfokus kepada masalah pemyakit, tetapi tetap fokus kepada Tuhan, jangan pernah kendor dalam melayani Tuhan, tetap percaya penuh dan berserah”. Saya kembali dikuatkan dan bersemangat bahwa Tuhan pasti akan menyembuhkan anak kami.
Pengobatan kemoterapi yang diberikan untuk anak kami begitu berat, ia harus dibius sebelum masuk obat ke dalam tulang sumsum belakang (intratekal), ia juga diinfus dan minum puluhan macam obat. Puji Tuhan, kondisi Jesslyn akhirnya membaik, hasil laboratorium juga baik, pemeriksaan sel kanker menjadi 32% semakin menurun. Jesslyn sudah mulai dapat berjalan dan kami sangat bersyukur, Tuhan begitu baik melawat anak kami.
Sampai pada tanggal 16 Juni 2021 keadaan Jesslyn tiba-tiba drop kembali. Dokter menyarankan untuk dilakukan BMP kembali. Tanggal 23 Juni 2021 hasil BMP keluar dari pemeriksaan dua RS berbeda dan keduanya menyatakan sel kanker Jesslyn sudah naik menjadi 89% yang sebelumnya 32%. Dari pemeriksaan tersebut, Jesslyn dinyatakan mengidap penyakit Leukemia High Risk (resiko tinggi). Mendengar hal itu, detak jantung kami seperti berhenti, kami begitu terkejut, saya bertanya di dalam hati: “Apa lagi ini Tuhan?”
Sambil memegang tangan istri saya dengan lirih dokter berkata: “Kami tidak bisa memberikan bapak dan ibu harapan seperti di awal diagnosa, yang kemungkinan besar sembuhnya. Saat ini, bapak dan ibu harus lebih banyak berdoa saja." Pernyataan dokter tersebut membuat kami sangat sedih. Sepanjang perjalanan pulang saya memandang Jesslyn yang masih sangat kecil. Usianya saat itu baru 5 tahun namun sudah harus mendapat kemoterapi yang begitu berat bahkan sampai harus mengulang kembali dari awal proses pengobatannya dengan dosis yang lebih tinggi.
Saya mulai meragukan mujizat Tuhan, begitu banyak hal yang berkecamuk dan tidak dapat saya ceritakan lagi kepada keluarga maupun teman gereja. Saya berasumsi untuk tidak mempercayai mujizat tapi lebih fokus pada pengobatan dan medis, cari dokter dan obat yang terbaik. Fokus kami hanya pada pengobatan, hingga pada bulan Juli 2021, Jesslyn dinyatakan positif COVID-19 dan dikarantina selama sebulan.
Saya tetap dalam keangkuhan dengan berfokus pada pengobatan. Tanggal 7 September akhirnya Jesslyn dinyatakan negatif COVID-19, kami mendapat hasil pemeriksaan laboratorium dan jadwal kemoterapi, namun kami begitu kaget ketika dokter menyampaikan bahwa Jesslyn harus masuk IGD lagi karena HB 3 dan trombosit leukosit drop, keadaannya sudah menjadi lemas, mulutnya penuh dengan sariawan. Sore keesokan harinya kondisi Jesslyn semakin menurun sampai dipasang kateter dan tabung oksigen, saturasi terus menurun, napasnya pun menjadi sesak. Kami mulai panik saat Jesslyn mengalami kejang tanpa henti serta keluar cairan darah dari mulut dan hidungnya sampai akhirnya ia koma.
Di titik itulah terdengar suara yang begitu tegas dan keras: “Menyerahlah, serahkanlah”, akhirnya kami menghubungi bapak gembala Ps. Andy Markus, kami minta dukungan doa dan arahan. Gembala kami berkata: “Iman kedua orang tualah yang akan menyelamatkan Jesslyn, serahkan Jesslyn kepada Tuhan sepenuhnya, apapun kehendak Tuhan, serahkanlah.”
Mendengar itu saya menangis, menyerah dan tersungkur kepada Tuhan, saya menyadari seharusnya tidak menjauh dari Tuhan apapun yang terjadi harusnya tetap percaya. Dukungan doa terus kami minta kepada keluarga besar, penjaga menara doa di Rayon18, teman gereja dan jemaat. Saat Jesslyn dalam keadaan koma, kami terus berdoa dan membangun hubungan intim dengan Tuhan, terlebih lagi saat dokter mengatakan bahwa tubuh Jesslyn sudah tidak dapat merespon semua obat yang masuk. Setiap hari melalui doa pagi kami terus berseru dan menantikan mujizat dan pertolongan Tuhan.
Kami tahu bahwa tim medis sudah berusaha sebaik mungkin, jalan satu-satunya harapan kami adalah berseru kepada Tuhan. Malam itu tanggal 9 September 2022, keluarga besar dan tetangga kami sudah berkumpul, berpikir kemungkinan besar secara medis Jesslyn bisa saja dipanggil Tuhan.
Mujizat Tuhan terjadi, pertolongan Tuhan sungguh ajaib, Jesslyn akhirnya dapat melewati masa kritisnya walaupun masih belum sadar, namun ia sudah dapat merespon obat dan tranfusi yang diberikan.
Kami terus beriman dan berserah penuh kepada Tuhan, memohon pengampunan atas segala dosa. Di saat itulah Jesslyn sadar dari koma, ia mulai dapat menggerakan jari tangan kanannya dengan lirih memanggil mamanya. Puji Tuhan, saya bersyukur dan menyadari kuasa Tuhan sangat besar, Dia sanggup melakukan mujizat.
Dokter neurologi sempat mendiagnosa Jesslyn mengalami kelemahan saraf yang mengakibatkan tangan dan kaki sebelah kirinya tidak dapat digerakkan sama sekali, bahkan bibirnya tidak dapat tersenyum ke sebelah kiri, matanya tidak bisa berkedip seperti biasa. Namun kami sudah tidak merasa kuatir lagi karena kami sudah menyerahkan Jesslyn sepenuhnya kepada Tuhan. Kami sudah merasakan jauh lebih baik walaupun keadaan Jesslyn seperti itu.
Saya percaya bahwa segala hal yang terjadi hanya untuk kebaikan kami, prosedur medis terus kami jalani dengan melakukan operasi pembuatan kantong kolostomy (untuk BAB dan mengeluarkan cairan lain dalam tubuh Jesslyn, serta menutup sementara anusnya, yang bertujuan untuk mengobati infeksi). Kami terus berdoa dan berharap kepada Tuhan untuk tidak fokus kepada penyakit atau masalahnya tetapi fokus kepada Tuhan.
Dua hari berlalu, akhirnya Jesslyn sudah semakin membaik dan diijinkan untuk pulang. Dengan terus mengkonsumsi obat saraf untuk menghindari kejang susulan dan tetap melanjutkan kemoterapi serta poli fisioterapi agar bagian tubuhnya kembali dilatih bergerak. Kami bersyukur sudah tidak meragukan lagi tentang apapun juga. Sekalipun secara kasat mata anak kami masih mengunakan kateter, usus yang dikeluarkan bahkan stroke sebelah, namun pemikiran dan iman kami berbeda, kami percaya dan mengatakan Tuhan sanggup melakukan perkara yang dahsyat.
Puji Tuhan, Jesslyn seperti mendapat kekuatan baru, ia mulai dapat menggerakan tangan dan kaki kirinya. Setiap hari setelah doa pagi kami menemani Jesslyn untuk belajar tersenyum, semakin lama semakin membaik dan ia mulai bisa menggerakan semua bagian tubuhnya walaupun tidak melalui fisiotetapi di rumah sakit. Kateter sudah dapat dilepas, NGT (selang untuk minum susu yang langsung dari hidung ke lambung) pun dilepas. Dokter neurologi pun melihat betapa cepat kesembuhan Jesslyn, ini semua karena kuasa doa. Tanggal 25 Oktober 2021, akhirnya sel kanker yang tadinya 89% sudah menjadi turun drastis menjadi 5%, Halleluya!
Semakin hari Jesslyn semakin membaik dan dapat berjalan dengan normal. Dokter menyarankan agar dilakukan operasi untuk mengembalikan saluran pencernaannya kembali, setelah operasi dilakukan pencernaannya juga sudah membaik. Tiba saat jadwal pemeriksaan BMP kembali pada tanggal 7 April 2022 pukul 14.00 dan dari hasil pemeriksaan dokter mengatakan bahwa sel kanker Jesslyn 0%, dengan bahasa medis “sel blast sulit ditemukan”.
Puji Tuhan, Jesslyn sudah disembuhkan Tuhan dengan sempurna, Halelluya. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan, organ baru, sel darah baru dan kekuatan baru, Tuhan gantikan!
Satu hal yang ingin saya bagikan, bahwa jangan pernah sedikitpun meragukan kuasa Tuhan. Meskipun di saat keadaan tersulit apapun di dalam hidup kita, tetaplah percaya meskipun saat semua rencana tidak sebaik yang diharapkan, jangan fokus pada masalah yang ada pada hidup kita, tetapi satu hal berfokus kepada Tuhan karena iman kitalah yang akan menyelamatkan, Amin.
Shalom! Bagi Saudara sedang membutuhkan dukungan doa ataupun ingin memberikan kesaksian dan pengalaman tentang kebaikan Tuhan, silakan isi formulir di bawah ini. Tim Hotline kami akan segera melayani dan merespon Saudara. Tuhan Yesus Memberkati.
Form Permohonan Doa Form Kesaksian
We use cookies to enhance your experience. By continuing to visit this site, you agree to our use of cookies.